Deja Vu: Pesta Ketiga WTF Market di Surabaya (Bagian 1)

23 Jun 2016    View : 4328    By : Niratisaya


Ada yang selalu menggairahkan di acara bazar modern seperti yang diadakan oleh We The Future Market, atau yang lebih dikenal dengan WTF Market. Ini karena acara-acara semacam itu selalu disertai oleh excitement, baik dari para tenant dan owner brand individual yang bersemangat mengenalkan produk mereka, juga antusiasme masyarakat (Surabaya khususnya) yang tertarik melihat perkembangan produk buatan negeri sendiri dan tenant baru dengan produk unik.

Dua hal itu kemudian mendorong Cindy Owada, Project Manager WTF Market, untuk kembali mengadakan bazar modern di Surabaya. Setelah dua kali menggelar acaranya di Plaza Tunjungan, Wanderlust (30 Oktober-1 November 2015) dan Moire (11-13 Maret 2016), tim WTF Market memilih Galaxy Mall sebagai sarang keseruan bazar tematik mereka pada 10-12 Juni lalu.

WTF Market

Berikut liputan saya mengenai keseruan WTF Market - Déjà Vu.

 

 

WTF Market - Déjà Vu: New Space, New Excitement

Berbeda dengan hiruk-pikuk Plaza Tunjungan yang bakal langsung menyambut setiap pengunjungnya begitu mereka tiba di lobi, saya dan rekan saya, Nadia Sabila, disambut oleh musik dan suasana tenang Galaxy Mall. Namun, keadaan berbalik 180 derajat ketika kami sampai di Lantai 6 mal yang berada di kawasan timur Surabaya ini. Seolah-olah para pengunjung Galaxy Mall tersedot ke arena Exhibition Centre dan enggan keluar dari sana.

Saya yakin semuanya berkat dekorasi playful dan dimensional yang sudah disiapkan oleh WTF Market untuk warga Surabaya dan sekitarnya. Mulai dari manekin unik yang menyambut pengunjung ketika mereka menuruni eskalator, hingga aneka pojok narsis dan photobooth yang didesain sedemikian rupa sehingga memanjakan para pengunjung yang ingin mengabadikan waktu mereka di WTF Market - Déjà Vu.

photobooth

Meski ‘hanya’ ada 140 tenant yang ikut meramaikan, sepuluh angka lebih sedikit dibanding acara WTF Market di Plaza Tunjungan, tapi nyatanya saya merasakan kemeriahan yang sama. Bahkan mungkin lebih.

Bisa jadi, ini karena WTF Market bukan hanya berhasil menggaet tenant dengan brand unik dan besar seperti Shirokuma dan La Maison, mereka juga berhasil membawa beberapa nama besar untuk menjadi pembicara dan tamu di bazar ketiga mereka di Surabaya ini. Selain itu, yang menarik di mata saya adalah WTF Market bukan sekadar menghadirkan sosok dan brand ternama, tapi mereka juga mengemasnya dalam beberapa acara talkshow, workshop, dan exclusive meet and greet dalam bentuk acara minum teh bersama.

WTF Market menyediakan sebuah panggung terbuka untuk beberapa acara talkshow yang menghadirkan Michele Widjaja (founder Shirokuma), Giselle Anastasia (founder Gisel-la Shop), Danny Syah (CMO Dagelan/PT. Infia), dan beberapa sosok ternama lainnya.

WTF MarketUntuk acara workshop dan acara exclusive meet & greet berupa tea time, WTF Market mengenakan biaya sebesar Rp400.000 dan Rp300.000 per orang. Ini karena acara tea time tersebut menghadirkan suasana akrab sekaligus intim. Menurut saya, harga demikian cukup fair mengingat sosok yang dihadirkan adalah Cindercella (Sabtu, 11 Juni), vlogger sekaligus make up artist asal Surabaya; dan Patricia Gouw (Minggu, 12 Juni), runner up Asia’s Next Top Model cycle 4. Keduanya adalah sosok terkenal dan memiliki pengalaman di bidang masing-masing, sehingga para peserta bisa menggali pengalaman baik hidup maupun karier keduanya.

Dalam hal ini, saya merasa Déjà Vu lebih mendekati cita-cita WTF Market seperti yang telah disampaikan oleh Cindy Owada, “[Kami,] We The Future, sekelompok orang yang bisa melihat ke depan, mau berinovasi, serta maju dan level up sambil bertanggung jawab atas masa depannya.”

Menurut saya, inilah alasan sosok ternama yang dijadikan pembicara oleh WTF Market bukan sekadar figur yang dikenal publik. Melainkan sosok yang memiliki karakter, kreativitas, dan pemikiran yang kemudian mendorong mereka menjadi sosok mereka yang sekarang.

Baca juga: The Backstage Surabaya (Bagian 1) : How To Start A StartUp

 

 

WTF Market - Déjà Vu: The Vast and Various Experience

Bicara soal bazar tentu saja akan selalu mengingatkan kita pada tenant dengan produk unik-menarik mereka. Namun yang membuat para pengunjung, khususnya Surabaya, selalu antusias menunggu kehadiran bazar tematik ala WTF Market adalah pengalaman menyuluruh yang dihadirkan oleh bazar ini.

WTF Market

Slogan WTF Market adalah “one-stop entertainment market”, sehingga mereka bukan hanya menghadirkan tenant dengan brand khas mereka dan produk unik, tapi juga fasilitas-fasilitas lain untuk seluruh anggota keluarga pengunjung. Ada arena bermain bagi anak-anak ketika mereka merasa bosan, pojok santai dengan fasilitas pijat gratis dari Nakamura Holistic Therapy, dan photobooth yang selalu menjadi serbuan pertama para pengunjung.

Sebagai perempuan, perhatian saya pertama kali tertuju pada produk-produk fashion beberapa tenant. Beberapa di antaranya adalah:

Chapter XI

Tenant ini menjual produk-produk fashion unik dan cantik yang tengah populer di Korea Selatan dan Tiongkok, yang berupa perhiasan dan tas.

Berbeda dari sebagian besar tenant WTF Market, Chapter Eleven baru kali ini mengikuti dan mengadakan bazar tematik. Namun itu tidak membuat sang owner berkecil hati. Sebaliknya, ia dengan antusias memperkenalkan setiap produknya, menjelaskan perbedaan bahan dan kualitas perhiasan yang dijualnya, bagaimana merawat setiap perhiasan itu.

Pengetahuan owner Chapter XI yang baik atas masing-masing produk yang dijualnya ini kemudian memicu keinginan saya untuk membeli salah satu perhiasannya yang unik. Tak seorang pun akan memercayai seorang penjual yang tidak mengenali barang dagangannya sendiri bukan, Artebianz?

Chapter XII 

Sayangnya, Chapter XI belum memiliki akun media sosial. Namun, dari percakapan singkat kami, saya mengetahui kalau Chapter XI memiliki toko di Pasar Atom, Surabaya.

 

ERPBracelet

Jika Chapter XI fokus kepada produk fashion wanita, tenant dengan warna dasar logo hitam ini lebih uniseks. Produknya cocok dipakai pria maupun wanita. Yang istimewa dari gelang bebatuan ERPBracelet adalah desainnya yang cukup variatif, jumlahnya yang terbatas—jadi Artebianz tidak perlu khawatir akan bertemu dengan orang-orang yang menggunakan gelang serupa, dan konon ERPBracelet menyediakan jasa customize untuk pelanggan mereka.

EPBraceletKontak: WA (0822-3337-1222)

Instagram: @erpbracelet

 

ALASFOTOJKT

Untuk tenant produk lifestyle, saya menaruh hati pada Alas Foto JKT.

Semakin tingginya minat penduduk Indonesia kepada fotografi, membuka peluang besar untuk bisnis. Mulai dari jasa foto dan video promosi makanan, hingga ke alas foto yang juga bisa digunakan sebagai backdrop. Salah satu yang mawas terhadap peluang bisnis ini adalah Alas Foto JKT.

AlasFotoJKT

Berangkat dari rasa ketidakpuasan terhadap toko langganan mereka yang menjual alas foto, Alas Foto JKT memutuskan untuk memproduksi alas foto mereka sendiri dengan bahan berkualitas dan ketebalan yang pas. Bagi mereka alas foto kini bukan sekadar sebagai alat, tapi juga syarat wajib bagi pengguna Instagram maupun media sosial lain untuk mempercantik foto mereka. Khususnya untuk mereka yang ingin menjual produk mereka.

Alas Foto JKT menyediakan berbagai ukuran alas foto. Mulai dari A4 (ukuran terbuka: 21 x 29,7 cm) sampai A0 (ukuran terbuka: 84,1 x 118,9 cm). Tenant yang berbasis di Jakarta ini juga menyediakan jasa customize untuk pelanggan yang punya kebutuhan khusus. Namun, untuk alas foto custom, Alas Foto JKT menggunakan bahan kayu.

Kontak: WA (0812-8811-3168)

Instagram: @alasfotojkt

Baca juga: POPCON Asia Surabaya: City of Superheroes

 

Market – Déjà Vu and My First Day Taste-Testing

Sementara itu, untuk tenant makanan, ada beragam produk kuliner. Mulai dari bakso hitam yang sedang nge-hits, dessert es krim yang unik, sampai macaron yang pamornya mengalahkan macaron dari Prancis. Dibanding produk fashion dan lifestyle, space untuk tenant dengan produk kuliner sangat ramai dan dipadati oleh pengunjung WTF Market. Tentu saja, siapa yang bisa menolak godaan-godaan yang membuat mata dan hidung jadi sama laparnya dengan perut?

Saya dan rekan saya sempat mencicipi beberapa jenis minuman dan makanan yang ada di WTF Market – Déjà Vu. Jika rekan saya mencoba kuliner olahan cumi-cumi (Happy Squid) dan matcha (MatchaPekoe), di hari pertama rasa penasaran tertawan oleh Durian Goreng dan Nhu’ Nhu’.

Alasan ketertarikan saya pada Durian Goreng simpel saja: bagaimana rasa durian yang digoreng? Di malam pertama WTF Market, saya pun menuntaskan rasa penasaran dengan menghampiri tenant Durian Goreng.

Durian Goreng

Kontak: Jl. Ngangel Jaya 21A, Foodfest Laguna, Galaxy Mall Foodcourt

Instagram: @duriangorengtakashimaya

Rupa-rupanya durian goreng yang dimaksud di sini adalah mini crepes yang diisi dengan durian dingin. Rasanya? Benar-benar sebuah pengalaman lengkap, Artebianz. Saya bisa merasakan gurih dan renyah dari kulit crepes yang digoreng kering, kemudian mencicipi manis dan dinginnya durian yang terasa seperti es krim.

Dan, saya tidak salah memilih Nhu’ Nhu’ varian original honey lemongrass sebagai minuman, karena bisa membasuh tenggorokan saya sekaligus mengisi ulang energi saya. Rasanya tidak terlalu manis atau asam, semuanya begitu seimbang.

NhuNhu

Kontak: E-mail (hi.nhunhu@gmail.com) dan WA (0814-3640-4)
Instagram: @nhunhu.id

 

WTF Market – Déjà Vu and La Maison

Highlight untuk tenant kuliner di WTF Market - Déjà Vu. Tenant dengan produk macaron ini datang jauh-jauh dari Medan dengan produk yang konon menyaingi rasa dan kualitas macaron ala La Dure. Untuk rasa macaron buatan La Dure sudah pasti saya tidak tahu pasti, tapi saya bisa mengatakan La Maison benar-benar sesuai dengan harapan saya. Macaronnya benar-benar mulus dan tanpa retakan halus, meski tekstur shell-nya renyah lembut. Dipadu dengan filling-nya yang creamy… semua terasa begitu pas dan harmonis. Saya akhirnya mengerti kenapa walau La Maison baru dua tahun berdiri, WTF Market menggandeng tenant dari Medan ini dan menempatkannya di dekat pintu masuk.

WTF Market seakan ingin berkata bahwa mereka menjanjikan pengalaman yang tidak akan terlupa bagi para pengunjungnya.

Favorit saya? Salted popcorn, tiramisu, dan beberapa rasa lain yang dikemas dalam aneka warna macaron unyu yang sampai sekarang masih terbayang di benak dan lidah saya.

Kualitas macaron ala La Maison yang terjaga ini karena sang executive pastry chef sekaligus owner, Stella Lowis, menggunakan bahan pilihan yang didatangkannya dari luar negeri. Beruntunglah Artebianz yang tinggal di Medan dan bisa mencicipi aneka pastry La Maison. Mereka benar-benar indah dan menarik mata. Seandainya Purple Eyes mengambil setting di Indonesia, Medan dalam hal ini, saya yakin Prisca Primasari akan mengganti Fairytale Cupcakes dengan La Maison.

La Maison 

Kontak: Jl. Biduk no. 66 Medan, telepon: (061) 4573745 dan 0821-6602-6668

Instagram: @lamaison.id

 

Bersambung ke Déjà Vu: Pesta Ketiga WTF Market di Surabaya (Bagian 2)




Tag :


Niratisaya

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.

Profil Selengkapnya >>

Liputan Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Ketika Media Sosial Menghilangkan Esensi Makhluk Sosial


Lalu Abdul Fatah - Profesi, Delusi, dan Identitas Diri


Supernova 3: Petir


True Friend Never Die (Meung Gu): Arti Sahabat yang Sebenarnya


How Deep Is Your Love - Calvin Harris: Dalamnya Cinta Lewat Deep House Music


Icip-Icip Seblak Zoss, Lebih Dari Sekadar Joss


Burgerman - Burger Home-Made Khas Surabaya yang Selalu Bikin Ketagihan


Pantai Pasir Putih Situbondo (Kawah Ijen Part 1)


Literasi Desember: Literaturia, Budaya Berpikir Kritis, dan Literasi Media (Bag. 2)


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Empat)


Oma Lena - Part 1


Setitik  Tuba