Ajibnya Bubur Kacang Hijau Ciliwung

18 Sep 2015    View : 5371    By : Niratisaya


Dua tahun belakangan saya tertular penyakit dari Korea Selatan. Selain drama dan musik, tentunya. Semuanya gara-gara satu drama berjudul Let’s Eat! yang dibintangi Yoon Do Joon dan Lee Seo Kyung. Sejak itu, saya tertantang untuk menemukan pojangmacha—istilah warung-warung yang berjualan menggunakan tenda di pinggir jalan—ala di Surabaya.

Baca juga: Kue Cubit Surabaya - Cubit Gigit Legit

 

Pada dasarnya, saya selalu suka menyusuri jalanan dan beberapa makanan yang dijual pedagang kaki lima. Terutama dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Dan satu hari, saya menemukan sebuah warung yang khusus menjual bubur kacang hijau. Dengan pedenya, si abang menamai warungnya Warung Bubur Kacang Hijau “Ajib”.

Berada di antara toko optik dan ATM Bank Mandiri di pinggir kiri Jalan Ciliwung, membuat siapa pun bisa dengan muda menemukan si bubur kacang hijau yang ajib ini. Tinggal lewat Jalan Diponegoro kemudian belok kiri , masuk ke Jalan Ciliwung. Terus tengok ke kiri begitu melewati Kantor Pos dan Optik Niaga yang bersebelahan, pasti deh setelah itu Artebian bakal berjumpa dengan si burjois alias bubur (kacang) ijo istimewa.

 

 

Simply Special and Delighting

Apa sih yang bikin bubur kacang hijau Jalan Ciliwung ini istimewa?

Kita bisa beli bubur kacang hijau di mana aja. Tapi Artebian, to tell you the truth, walau simpel banget dan nggak neko-neko, pada kenyataannya nggak semua warung atau penjual bubur kacang hijau menyajikan si burjois dengan baik.

burjois

Saya sempat mencicipi bubur kacang hijau dari beberapa warung dan penjual.

Ketimbang menyajikannya dengan kental, beberapa warung dan penjual bubur kacang hijau malah menjualnya nyaris seperti kolak kental. Alias masih terasa struktur kacang hijaunya plus stok kuah banyak. Beberapa gagal dan terasa pahit-angus di lidah. Yang lainnya justru bermain-main dengan pemanis buatan yang sukses membuat saya mingkem beberapa hari karena radang tenggorokan.

So, Artebian, whilst it seems easy cheesy to cook it, pada kenyataannya nggak selalu seperti itu. Kita nggak bisa dan nggak boleh memandang remeh bubur.

 

Sekilas soal bubur:

Bubur merupakan istilah umum untuk mengacu pada campuran bahan padat dan cair, dengan komposisi cairan yang lebih banyak daripada padatan dan keadaan bahan padatan yang tercerai-berai. Dalam dunia kuliner, bubur adalah jenis makanan yang dimasak dengan cara menggodog bahannya sampai menjadi sangat lunak. Istilah bubur, jika tanpa disebutkan keterangannya, biasanya merujuk pada bubur beras yang dimasak secara sederhana, beras dicuci, dimasukkan ke dalam air yang mendidih, diaduk sampai air mendidih lagi dan berasnya menjadi lunak. Untuk memberi rasa pada bubur, bisa ditambahkan santan kelapa atau parutan kelapa, dan dibuat sesuai selera kekentalannya.

Sumber: Wikipedia


Kenapa saya jatuh hati pada Bubur Kacang Hijau “Ajib” Ciliwung?

Sederhana, karena komposisinya pas:

  1. Kadar kekentalan bubur kacang hijau khas Bubur Kacang Hijau “Ajib” Ciliwung sesuai banget,
  2. Kuahnya bukan berasal dari si bubur, tapi dari tambahan santan yang dituang terpisah dan es serut (sesuai selera),
  3. Nggak ada permainan rasa manis buatan,
  4. Bisa duduk nongkrong ngelihatin jalanan Ciliwung sambil ngobrol ngalor-ngidul,
  5. Harganya murah meriah—cuma LIMA RIBU!!! Gimana saya nggak cinta Surabaya?

Abang bubur kacang hijau ajibYang pengin lesehan, ada di sebelah si Abang Smile

Hanya saja, untuk pecinta makanan yang nggak terlalu manis, saya sarankan untuk menikmati bubur dengan kuahnya. Karena si bubur dibuat dengan rasa yang manis sekali—kayak saya, heuhehe….

Baca juga: Rujak Cingur Ala Bu Dah

 

Kenapa nggak nyoba bubur di restoran atau kedai yang lebih “bernama”? Fasilitasnya jelas lebih okeh.

Iyes, saya memang menikmati fasilitas oke di restoran atau rumah makan yang menjual nama dan fasilitas yang lebih okeh—tempat beratap, wiFi, colokan listrik, dan nggak lupa: kursi empuk. Tapi kadang, saya juga merasa jengah dengan pelayanan tersistem yang membatasi komunikasi serta interaksi antara penjual/pegawai dengan pelanggan.

Eniweiii…. Nggak adil rasanya kalo kita membandingkan dua tempat yang sama sekali berbeda tujuan pendiriannya.

Got any place that looks like Korean pojangmacha? Share di sini, ya.

Baca juga: Kenikmatan Sederhana dalam Semangkuk Mi Ayam Seorang Pedagang Kaki Lima, Surabaya

 


Tag :


Niratisaya

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.

Profil Selengkapnya >>

Makan Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Stigma dan Tradisi: Menikah - Antara Tuntunan Agama dan Tuntutan Masyarakat


Indah Kurnia, Memimpin Tanpa Kehilangan Identitas Sebagai Wanita


Mari Lari - Sebuah Cerita tentang Tekad Hati Lewat Langkah Kaki


Present Perfect: Seandainya Waktu Dapat Diputar Kembali


Kataji - Awal Mula Saya Terpikat pada Yura


My Pancake Restoran Surabaya  Town Square


Latarombo Riverside Cafe - Menikmati Vietnam Drip dengan Suasana Asyik


Piknik Asyik Bersama Keluarga Di Pantai Teleng Ria


Jazz Gunung 2015 - Indahnya Jazz Merdunya Gunung


My Toilet Prince - Pintu Pertama


Ode Untuk Si Bungsu


Perjalanan, Pergulatan Waktu