Jalan-Jalan (Meraih) Surga

01 Oct 2017    View : 1488    By : Toni Al-Munawwar


Judul  Jalan-Jalan Surga
Ditulis oleh  Abdul Wahhab Al-Sya’rani
Diterbitkan oleh  Mizania
Diterbitkan pada  April 2017
ISBN  978-602-418-096-6
Jumlah halaman  194
Genre  nonfiksi, islami, religi, motivasi
Harga  IDR55.000

 

Orang-orang saleh itu berhati bening, berpikiran jernih, berakhlak santun, dan tekun beribadah. Dengan kebeningan hati, mereka mampu menembus makna batin Kitab Suci. Akhlak mereka begitu mulia dan terpuji. Mereka khusyuk beribadah pada tengah malam kala orang lain terlelap dan pada siang hari kala orang lain sibuk dengan urusan duniawi. Tangan mereka begitu ringan mengulurkan bantuan. Kepada siapa pun mereka bicara, tutur katanya begitu lembut dan santun. Mereka selalu mengutamakan orang lain di atas kepentingan pribadi.

Buku Jalan-Jalan Surga ini memaparkan tentanmg bagaimana orang-orang yangs aleh beribadah penuh kekhusyukan kepada Allah dan bergaul sesama manusia dengan akhlak yang terpuji. Buku ini mengangkat kisah-kisah penuh hikmah yang menggetarkan. Siapa pun yang mau membuka hati dan pikirannya untuk menyempurnakan akhlak, buku ini patut dijadikan rujukan berharga.

 

Di dalam kehidupan ini, kita sebagai manusia pasti menyadari dan menginginkan akhir yang baik. Meski diri masih sering lalai terhadap perintah-Nya dan berlumur dosa. Setiap insan pasti ingin kalau akhir hayatnya nanti bisa masuk surga. Ya, surga memang idaman setiap orang. Siapa pun itu, pasti pernah terlintas dalam benaknya ingin masuk surga.

Buku Jalan-Jalan Surga ini mengajak kita guna mengetahui cara meraih surga. Ada banyak cara yang bisa mengantarkan seseorang guna bisa mencapai tempat yang mulia itu. Di antaranya adalah niat untuk selalu berbuat kebaikan.

Dalam buku yang ditulisnya, Abdul Wahhab Al-Sya’rani menjelaskan, “Bernilai atau tidaknya suatu perbuatan bergantung sepenuhnya pada niat. Karena niat, perbuatan seseorang akan diterima atau ditolak Allah. Sebuah amal bisa memperoleh pahala yang berlipat karena kecermatan menata niat. Apabila seseorang berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah, lalu ia juga berniat untuk silaturahim dengan sesama Muslim, pahala yang didapat adalah pahala shalat berjamaah dan pahala silaturahim. Ia juga bisa mendapat pahala mencari ilmu jika di sela-sela kehadirannya ke masjid untuk shalat diniatkan untuk mencari ilmu. Di sinilah, kecermatan menata niat menghasilkan pahala yang berlipat.” (hal 16)

Ya, memang niat yang baik akan selalu menghasilkan sesuatu yang baik. Bahkan, ada hadis yang mengatakan bahwa segala perbuatan itu tergantung pada niat. Setiap insan akan memperoleh sesuai yang diniatkan. Jika niat itu buruk, maka yang dhasilkan juga akan buruk. Begitu juga, jika niat itu baik, maka yang diperoleh pun adalah kebaikan.

Lebih lanjut, Abdul Wahhab Al-Sya’rani memaparkan, “Selain meraih pahala berlipat, niat yang benar akan melahirkan tekad yang kuat untuk melakukan ketaatan secara maksimal. Begitu juga niat yang tulus dapat mencegah seseorang minder beramal karena ejekan atau cemoohan orang. Amal yang bentuk lahirnya berupa keduniaan akan berubah menjadi amal keakhiratan karena niat yang benar. Sebaliknya, amal yang tampilan luarnya keakhiratan bisa berubah menjadi sekadar amal keduniaan apabila dilakukan tanpa niat yang benar. Ketika seseorang melakukan haji dengan niat mendapat pujian manusia, secara pasti ibadah hajinya-yang asalnya sebagai amal akhirat-berubah menjadi amal keduniaan. Ketika seseorang makan dengan niat supaya memiliki kekuatan untuk mengabdi kepada Allah, makan yang dilakukannya adalah amal keakhiratan.” (hal 16-17)

Ya, sebuah amal atau perbuatan dapat menjadi sia-sia karena salah dalam menempatkan niat. Di sini, penting sekali menata niat yang baik dan benar, agar perbuatan yang telah dilakukan bisa meraih rida dari-Nya. Amal yang baru saja dikerjakan boleh jadi tidak mendatangkan pahala apalagi surga. Sebab, amal itu telah terjangkiti oleh riya ataupun pujian. Kebaikan yang diperbuat hanya mengharap pujian, maka hal itu tak akan mendatangkan apa-apa selain daripada kebinasaan pada akhirnya.

Salah satu cara bisa meraih surga adalah dengan menata niat kita kembali. Pada hakikatnya, semua perbuatan itu bergantung pada niatnya. Jangan sampai, kebaikan yang sudah diupayakan nilainya menjadi tak berarti hanya karena niat yang ditanam salah. Ini tentu akan sangat merugikan. Tak bisa dimungkiri, bahwa segala kebaikan bisa terjangkiti oleh riya sehingga pahala yang seharusnya bisa didapat menjadi sirna.

Seperti penuturan Al-Tha’i yang dikutip dalam buku ini, “Perbanyaklah niat melakukan kebaikan. Sebab, niat melakukan kebaikan termasuk amalan yang baik bagi orang mukmin. Berniat melakukan kebaikan adalah perbuatan hati yang tak tampak sehingga selamat dari riya.” (hal 17)


Tag :


Toni Al-Munawwar

Toni Al-Munawwar merupakan nama pena dari Sultoni Solikhon, lulusan terbaik MA. Nasy'atul Khair.

Profil Selengkapnya >>

Review Buku Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Ayah Dan Hari Ayah


Dimas-Lissa: Pudarkan Kapitalisasi Pendidikan Lewat Sekolah Gratis Ngelmu Pring


Tentang Gaya Penceritaan Orizuka - Dari Manisnya Cinta Sang Pangeran Hingga Pahitnya Skripsi (I)


Cheese In The Trap - Jebakan Si Keju Untuk Sang Tikus


Anti-Hero - Menjadi Pahlawan dengan Tidak Menjadi Pahlawan


Goyang Kaki Dan Goyang Lidah Di Lontong Kikil Bu Dahlia


Taman Bungkul - Oase dan Kebanggaan Warga Surabaya


Pantai Kutang - Keindahan Pantai Perawan Di Lamongan


WTF Market Kembali All Out Untuk Surabaya


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Tujuh)


Cita-Cita Dirgantara


Kerinduan yang Patah