Ada Apa Dengan Cinta? 2 - Setelah Beberapa Purnama Terlewati

04 May 2016    View : 6555    By : Niratisaya


Apa perlu saya memperkenalkan film ini?

Rasanya nggak. Sebab Artebianz pasti tahu tentang film yang sedang menghebohkan jagad perfilman Indonesia ini—karena pemainnya adalah aktor-aktor yang nggak sembarangan pilih film, sutradara film ini jarang banget bikin film, plus film ini adalah kelanjutan kisah cinta Rangga-Cinta di tahun 2002. Bisa dibayangkan seperti apa penantian para penggemar Rangga dan Cinta, yang otomatis menggilai interaksi Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo.

Tapi… kalau boleh jujur, Artebianz, saya sebenarnya nggak terlalu antusias menonton Ada Apa Dengan Cinta? 2.

Weits! Sebelum ngelempar kulit pisang, tomat busuk, atau buku yang banyak typo-nya, dengar dulu alasan saya.

Pasalnya, Artebianz, banyaknya iklan promosi AADC 2 yang dibarengi iklan produk air mineral di televisi dan internet—terutama internet, karena saya sudah mengurangi nonton teve tiga tahun terakhir ini. Namun, karena kebetulan Kamis lalu seorang teman saya sedang luang, akhirnya kami memutuskan untuk nonton bareng. Sambil ‘menyeret’ Artmin artebia.com yang ngefans banget sama Nicholas Saputra.

Artebianz yang belum nonton, tenang… saya (berusaha) nggak akan membocorkan spoiler. Supaya nggak ditegur juga sih sama Mbak Dian Sastro. Heuheuheu….

 

 

AADC 2 – Yang Belum Selesai antara Rangga dan Cinta

Cerita ini dibuka dengan pertemuan Cinta (Dian Sastrowardoyo) dan kawan-kawannya—Maura (Titi Kamal), Milly (Sissy Priscillia), dan Karmen (Adinia Wirasti).

Milly and Maura

Selain berkumpul bersama, mereka juga ingin menghibur Karmen yang baru saja melalui masa-masa buruk dalam kehidupannya. Ia bukan hanya bercerai dari suaminya yang punya wanita idaman lain, tapi juga terjebak di dunia narkoba.

Karmen dan Cinta

Demi menghibur Karmen dan mengembalikan kebersamaan mereka, Cinta, Maura, dan Sissy merencanakan liburan mereka berempat ke Jogjakarta. Selain mengumumkan liburan mereka, Cinta punya pengumuman lain: pertunangannya dengan Trian (Ario Bayu).

Eh?! Siapa itu Trian?

Gimana bisa mendadak muncul cowok yang-bukan-Rangga dan jadi tunangan Cinta?!

the couples

Apparently, Artebianz, di belakang kamera, Cinta sudah menjalin hubungan dengan Trian—seorang pengusaha muda kaya raya dan sama sekali berbeda dari Rangga.

Namun, kehadirannya yang bersedia menemani Cinta kapan pun, meski dia nggak paham tentang hobi-hobi Cinta yang nyeni. Trian juga bisa masuk ke dalam lingkaran pertemanan Cinta dan gengnya. Bisa jadi, inilah yang membuat Cinta menerima lamaran Trian. Selain fakta kalau Rangga (Nicholas Saputra) sedang tersangkut di New York.

Rangga

Tapi, berhubung ini cerita romance-drama yang masih memiliki cecap-cecap cinta semasa SMA, takdir mendukung pertemuan Rangga dan Cinta. Rangga—yang semula sibuk dengan kedai kopinya, pekerjaannya sebagai kolumnis, dan menyusun puisi dengan ilustrasi foto—mendadak harus pulang ke Indonesia demi menemui ibunya.

Semua itu berawal dari kemunculan seorang gadis muda di kedai kopi Rangga.

Gadis itu mengenalkan dirinya sebagai Sukma (Dimi Cindyastira), adik tiri Rangga. Sukma datang ke New York seorang diri untuk meminta Rangga datang dan menjenguk ibu mereka yang mulai menurun kesehatannya dan ingin bertemu dengan Rangga.

Rangga dan Sukma

Rangga pun didera keraguan. Pada satu sisi, dia nggak ingin bertemu dengan ibunya yang pergi meninggalkannya dengan ayahnya 35 tahun yang lalu. Di sisi lain, pulang ke Indonesia adalah salah satu cara bagi Rangga untuk menuntaskan satu pertanyaan yang selama ini nggak terjawab: bagaimana keadaan Cinta saat ini?

Dan, ultimately, apakah dia masih memiliki kesempatan untuk bersama gadis yang dicintainya itu.

Maka, setelah meragu beberapa hari, Rangga meninggalkan kedai kopinya di tangan teman dan pegawainya dan memutuskan pulang ke Indonesia.

Pertama-tama, Rangga pergi ke Jakarta dan mencari Cinta di rumahnya. Too bad, Cinta sudah nggak tinggal di sana. Rangga pun segera berangkat ke Jogjakarta. Sementara itu, beberapa hari sebelumnya Cinta dan para sahabatnya sudah lebih dulu sampai di... Jogjakarta.

Cinta dkk

Baca juga: Kabut Rindu

 

Berbeda dengan Rangga yang menghabiskan waktunya bersendu dan serius ria, Cinta dan para sahabatnya menghabiskan waktu dengan menjelajahi Jogjakarta dan berfoto ria bak wisatawan pada umumnya. Sampai pada satu kesempatan, mereka bersinggungan dengan Rangga di salah satu sudut Jogjakarta.

The Couple

Nah! Apa saat itu Rangga bertemu langsung dengan Cinta?

Dan, apakah pada akhirnya Rangga bisa mengutarakan perasaannya dengan lebih baik?
Untuk tahu jawaban dan ngerasain geregetnya, Artebianz musti nonton langsung film Ada Apa Dengan Cinta? 2.

The Couple

Kalau masih penasaran dengan pendapat saya, juga Artmin artebia.com, Artebianz bisa terus membaca artikel ini—sebelum ngabur ke bioskop terdekat Laughing

Baca juga: Hello, Apa Kabar Masa Lalu?

 

 

AADC 2 – Para Tokoh dan Perkembangannya

1. Cinta

Rangga: Saya tahu, apa yang saya lakukan ke kamu itu nggak adil.

Cinta: Rangga, apa yang kamu lakuin ke saya itu… ja-hat.

The Couple

Tokoh utama kita, sekaligus ikon cinta pertama dan gambaran sempurna sosok perempuan yang dimabuk cinta.

Saya merasa nggak terlalu banyak perubahan dalam diri Cinta, dari yang pertama hingga yang kedua. Dia masih control freak—masih suka bikin rencana untuk setiap hal yang pengin dilakukannya, sayang banget kepada sahabat-sahabatnya, dan masih baper kepada Rangga. Ini terbukti dia masih menyimpan surat-surat Rangga, termasuk suratnya yang paling menusuk, di malam setelah dia mengumumkan pertunangannya dengan Trian.

The thing that I like about Cinta’s characters and characterization adalah bagaimana dia tampil sebagai sosok perempuan yang sempurna. Di sini saya nggak bermaksud merujuk ke kecantikan fisik, atau nonfisik, tapi ke bagaimana Cinta memperlihatkan bagaimana naifnya seorang perempuan yang dibuat bimbang oleh cinta. Pada satu detik, dia bisa begitu marah. Dan di detik berikutnya, dia tersenyum oleh perhatian kecil yang diberikan oleh orang yang dicintainya.

The Couple

Pada satu adegan, Cinta marah kepada Rangga yang mendadak muncul dalam kehidupannya dan memporak-porandakan hatinya sekali lagi. Cinta pun memanfaatkan kesempatan itu untuk meluapkan semua kekesalannya. Tanpa memberi jeda agar Rangga bisa membalas ucapannya.

Rangga :  Cinta.
Cinta :  Saya belum selesai.

Adegan yang menampilkan ledakan emosi Cinta itu kontan memancing tawa penonton. Tapi di sisi lain saya juga menyadari apa yang ditampilkan oleh Dian Sastrowardoyo lewat sosok Cinta adalah gambaran perempuan yang sebenarnya sewaktu mereka marah.

Kelewat fokus dengan emosi mereka, perempuan ingin lawan bicaranya untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh si perempuan. Dalam kasus ini Cinta kepada Rangga.

Atau ketika Cinta memasang ekspresi marah, sebelum kemudian menyembunyikan senyumnya saat Rangga memberikan reaksi yang sesuai dengan keinginannya.

The Couple

Sebagian dari kita bisa dan boleh menilai Cinta sebagai perempuan plinplan. Tapi, kita, terutama Artebianz yang perempuan, harus menyadari bahwa inilah sebenarnya yang terjadi pada kita semua.

Baca juga: Looking Through Rose-tinted Memory

 

2. Rangga

Rangga: Cinta….

Cinta: Terlalu lama.

Rangga: Iya. Terlalu Lama.

The Couple

Rangga. Salah satu tipe tokoh ala Darcy-an yang suka brooding, pendiam, dan disalahpahami oleh orang-orang sekitarnya—termasuk orang yang dicintainya. Selain sosok Cinta yang pure menggambarkan sebagian besar perempuan, daya tarik film ini juga berada pada sosok Rangga.

18 yo Rangga

Namun, ada yang berbeda dalam sosok Rangga yang sekarang (atau tepatnya di tahun 2006, kalau saya nggak salah ingat Mira Lesmana dan Prima Rusdi menetapkan dalam skenario demikian). Rangga nggak lagi bersikap dingin dan nggak acuh. Sebaliknya, dia bisa membaca situasi dengan lebih baik sekarang. Bahkan dia bisa mengubah ketidakberuntungannya jadi keberuntungan.

Cinta :  Kamu boleh ngomong sekarang.
Rangga :  Sambil jalan, yuk.

Setelah sebelumnya Cinta menyuruh Rangga untuk mingkem dan mendengarkan setiap keluhan yang disimpannya selama bertahun-tahun, Cinta akhirnya mengizinkan Rangga buka suara.

Being a smart man, Rangga nggak memanfaatkan kesempatan yang diberikan Cinta untuk berbicara dengannya. Dia juga menggunakannya untuk mencuri waktu Cinta. Seandainya saat itu Rangga mengiakan, pasti kesempatannya akan habis untuk melakukan pembelaan dan menangkis tuduhan-tuduhan yang dilayangkan Cinta. Dengan mengajak jalan Cinta, Rangga secara otomatis juga menghilangkan ketegangan di antara mereka, dan jarak yang tercipta selama mereka berpisah.

The Couple

Kalau menurut Artmin artebia.com, perubahan Rangga itu berkat mantan pacarnya yang-bukan-Cinta Laughing

Tapi, itu bukan berarti sifat-sifat Rangga di film Ada Apa Dengan Cinta hilang begitu saja. Pada dasarnya, Rangga tumbuh sebagai remaja yang kesepian dan getir dalam menjalani hidup. Sifat ini kembali muncul saat Rangga menebak latar belakang Trian dengan tepat, dan melemparkan komentar dingin—yang memantik pertengkaran lain antara dirinya dan Cinta.

Artebianz masih ingat, kan... hobi pasangan Rangga-Cinta adalah bertengkar dan berargumen setiap ketemu.

Baca juga: Cinta yang Selalu Berujung Perpisahan

 

3. Maura

Salah satu sahabat Cinta yang paling cerewet tentang kehidupan Cinta. Namun saya nggak terlalu mengingat Maura dengan baik, kecuali kalau dia terkenal sebagai gadis populer dan suka dengan segala hal romantis. Dan nggak terlalu menyukai Rangga, kalau saya boleh menambahkan. Sedikit mirip sifat salah satu tokoh dalam Mean Girls.

Maura

Baru di sekuel AADC inilah saya diingatkan kembali kepada sifat-sifat Maura, yang rupanya nggak se-bitchy yang diperlihatkannya. Sebaliknya, Maura yang sudah menjelma menjadi ibu-ibu S3 (alias punya anak 3) dengan sifat antikotor dan bawel (in a positive way). Meski demikian, saya nggak terlalu merasakan pentingnya peran Maura di AADC 2. Selain sebagai pengisi keramaian dan pengingat kelengkapan anggota geng Cinta.

Seandainya pun Maura nggak muncul, saya rasa flow plot AADC 2 nggak akan terlalu terganggu. Kecuali tanpa Maura kita nggak akan bertemu dengan Christian Sugiono yang sudah membatasi diri dari dunia akting. We call this, Artebianz, buy one get one Tongue Out

 

4. Karmen

Adalah sebuah pilihan yang bijak bagi Mira Lesmana dan Prima Rusdi untuk memulai cerita dari sisi Karmen. Tokoh dalam geng Cinta yang paling kalem, paling beringas, dan—harus kita akui—paling minim eksplorasi.

Saya nggak akan mengakui versi sinetron AADC. Nope. Never.

Karmen

Seingat saya, Karmen adalah salah satu tokoh yang paling ‘tangguh’ di AADC. Dia bisa bersikap tegas dan berpikiran tenang. But, it seems it only works when Karmen’s not falling in love. Sebab, ketika Karmen akhirnya jatuh cinta dan menikah, dia justru berakhir dengan patah hati dan menggunakan narkoba sebagai pelarian.

Sayangnya, entah kenapa saya justru nggak mendapati perbedaan dalam diri Karmen dari masa AADC dan AADC 2. She seems like the old lone wolf dalam geng Cinta.

Karmen punya pemikiran sendiri, nggak takut mengutarakan pendapat, sangat care pada sahabat-sahabatnya, dan tetap tangguh in her own way.

Maura and Karmen

Tapi saya menerima kekonsistenan karakterisasi Karmen yang dilakukan Mira dan Prima. Sebab, mungkin kalau mereka menceritakan permasalahan Karmen, yang sebenarnya cukup krusial, bakal mengubah judul film ini. Dari Ada Apa Dengan Cinta? 2 menjadi Ada Apa Dengan Karmen.

Selain itu, bisa jadi, Karmen bakal dengan lempeng menjawab, “Nggak ada apa-apa, Ta. Serius.”

Baca juga: Cafe Waiting Love

 

5. Milly

Milly. Tokoh yang dulunya, dan sampai di sekuel AADC, digambarkan sebagai sosok yang o’on. Namun, berhasil mencuri perhatian seluruh penonton di bioskop dan suasana studio heboh nggak ada habisnya. Padahal sama seperti Maura dan Karmen, nggak ada yang berubah dalam karakter Milly. Dia masih diceritakan sebagai sosok yang polos, ceplas-ceplos, baik hati, dan punya dunianya sendiri.

Milly

Tapi karakter Milly itu justru menjadi semacam penyeimbang Cinta dan terdengar lebih logis ketimbang teman-temannya yang lain. Misalnya saja sewaktu adegan Cinta yang akhirnya tahu dia berada satu kota dengan Rangga dan menganalogikan laki-laki itu sebagai kisah lama—sebuah arsip.

Milly :  Arsip? Berarti masih kamu simpen, dong.
Cinta :  Nggak. Dia itu… kayak prasasti. Benda sejarah yang orang nggak tahu ada di mana.
Milly :  Ada di museum, kan?

Milly seakan mampu meng-counter semua jawaban Cinta dan menegaskan bahwa mau seperti apa Cinta menempatkan Rangga dalam kotak kenangannya, laki-laki itu masih mempunyai tempat yang khusus dalam diri Cinta.

Milly

Dan, di sisi lain, dialog itu menunjukkan bahwa Milly bisa jadi adalah si genius yang memilih untuk menyamar. Dia baru menunjukkan kulit aslinya saat sahabat-sahabatnya 'terpeleset' dan membutuhkan bantuan.

Milly, dear, tell me. Are you an alien? Just like Do Min Joon?

 

6. Mamet

Tokoh yang sempat ngilang sewaktu Riri Riza dan Mira Lesmana ngasih kode ke penggemar AADC kalau mereka bakal bikin sekuel. Mamet di AADC 2 menurut saya lebih waras dan normal. Penggambaran Mamet di AADC 2 nggak ubahnya seperti seorang teman yang datang ke reuni, ketimbang suami salah seorang sahabat Cinta.

Mamet

Adegan yang paling kentara banget adalah sewaktu Mamet mengingatkan Cinta and the gang tentang sebuah lagu yang pernah mereka dengar sewaktu SMA. Entah kenapa di detik itu saya merasa seperti terjebak di sebuah reuni. Bukan pertemuan yang mestinya rutin diadakan oleh geng Cinta. Since Mamet is Milly's husband, secara nggak langsung dia termasuk anggota geng Cinta kan, ya?

Beruntung, AADC 2 nggak merenggut kekocakan Mamet dan ekspresinya yang lempeng.

 

7. Trian

Ini perasaan saya sendiri, atau Ario Bayu memang sedang terjebak di fase cameo sambil menunggu proyek film yang pas. Setelah sebelumnya muncul di A Copy of My Mind sebagai pembunuh bayaran tanpa nama, di sini Ario Bayu muncul sebagai seorang kekasih dengan karakter klise ala-ala film romance-comedy Hollywood.

Kemunculan Ario Bayu di AADC 2 mengingatkan saya pada sosok Matthew McConaughey, yang nggak terlalu menonjol di setiap film romance-comedy. Dan, ketimbang seorang kekasih yang sedang mengonfrontasi pasangannya, Trian yang diperankan Ario Bayu justru tampak seperti seorang bos yang berdiri di depan bawahannya—or dare I say Christian Grey in front of Anastasia Steele in Indonesian version?

Cinta dan Trian

 Baca juga: Di Denting Garpu Sendok dan Piring

 

 

AADC 2 – Do I Have Wrinkle(s) and Frown(s)?

Nggak ada yang diragukan lagi dari pengalaman Riri Riza dan Mira Lesmana tentang film yang mereka buat. Saya suka kontrasnya tone dan warna film yang dipilih Riri Riza. Karena itu, saya nggak akan banyak cakap soal hal-hal teknis.

Nggak ada New York hari ini

Namun, harus ada yang saya katakan, Artebianz—sekarang, setelah segala euforia AADC 2 sudah usai dan saya nggak terserang katarsis bersama Artmin artebia.com dan seorang teman saya yang lain.

Berkali-kali saya duduk di meja kerja saya, menulis dan menghapus ulasan tentang AADC 2, sebelum akhirnya sampai di artikel yang sedang Artebianz baca saat ini. Bukan karena saya melupakan betapa gempar seisi studio gara-gara film garapan Miles Production ini. Namun, sekarang, saat saya membayangkan kembali adegan per adegan yang di film remaja legendaris ini saya tergugu dan berpikir, Apa yang sebenarnya membuat saya menyukai film ini?

Cinta

Sebab, pada kenyataannya, Artebianz, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi pada setiap karakter. Maksud saya, setelah 4 tahun(?). Cinta masih malu-malu mau dengan Rangga, Mamet masih cupu dan culun, Karmen masih setangguh karang, dan Milly tetap polos. Kalaupun ada yang berubah, itu justru pada diri Rangga, yang lebih humane saat berinteraksi dengan Cinta. Dia nggak lagi memasang wajah jutek, bahkan memilih untuk mendengarkan Cinta—yang menyuruhnya untuk diam.

Untuk perubahan dalam karakter Rangga ini, saya nggak punya kerutan atau kernyitan di dahi.

Rangga

Tapi… keberadaan dewa kebetulan dalam cerita AADC 2 cukup mengganggu saya.
Kebetulan saja, Rangga ditemui oleh Sukma, adik tirinya yang mendadak muncul dan meminta Rangga pulang ke Indonesia, demi menemui ibunya. Ibu yang dulu cuma diceritakan sekilas dalam kehidupan Rangga. Namun, kebetulan ini kemudian memaksa Rangga untuk pulang—dan pada akhirnya mencari Cinta.

Awalnya Rangga nggak bertemu dengan Cinta yang sudah pindah rumah, tapi… kebetulan saja, rumah ibu Rangga ada di Jogjakarta dan Cinta serta kawan-kawannya sedang berlibur di sana.

Ada yang masih ingat isi puisi Rangga untuk Cinta? Smile

Luckily, the chemical reaction setiap aktor dalam AADC luar biasa okeh, khususnya Rangga dan Cinta. Sehingga selain dibuat mengernyit dan mengerutkan dahi, saya dibuat tertawa terbahak-bahak bersama Artmin artebia.com dan teman saya. Saya bahkan masih bisa mengangguk yakin setiap kali Artmin berkata, “Tapi bagus, kan?” atau “Ini film Indonesia yang bikin puas!”

Well, setidaknya setiap tempat yang digunakan sebagai latar kerasa banget melekat di setiap aktor dan cerita. Plus, teknik kamera yang digunakan di AADC 2 nggak membuat saya pusing ala-ala film yang sampai saat ini membuat perasaan saya terbelah. Saya rasa ini karena kekompakan mereka yang ada di balik film AADC 2.

Kalau Artebianz penggemar Dian Sastrowardoyo dan/atau Nicholas Saputra, go watch AADC 2.

Kalau Artebianz penggemar AADC dan penasaran banget pengin tahu kelanjutan hubungan Cinta dan Rangga, go watch AADC 2.

Kalau Artebianz keki dengan film Indonesia—dengan genre drama, romance-comedy, atau horrorgo watch AADC 2. I’m sure this movie will heal you dan bikin Artebianz cerah ceria begitu keluar dari bioskop.

.

..

...

....

Eh? Alya (Ladya Cherry)?

Kenapa dia nggak muncul di cerita ini?

Apa yang terjadi sama dia?

Well, untuk tahu apa yang terjadi pada Alya—juga akhir kisah percintaan Rangga-Cinta—kamu wajib nonton AADC 2, Artebianz Laughing

Baca juga: Menikmati Jogjakarta di Surabaya

 

 

Profil dan Rating Film AADC 2

Poster filmilustrasi diambil dari showbiz.liputan6.com

Disutradarai oleh   Riri Riza
Naskah ditulis oleh   Mira Lesmana
Prima Rusdi
Dibintangi oleh      Dian Sastrowardoyo
Nicholas Saputra
Titi Kamal
Adinia Wirasti
Sissy Priscillia
Dennis Adishwara
Ario Bayu
Christian Sugiono
Didistribusikan oleh   Miles Films
Legacy Production
Bahasa   Indonesia
Durasi   124 menit
Negara   Indonesia


Rating Film

Because I have to admit, I really enjoy this movie.

 

 

 

Your fellow movie cruncher,

N

 


Tag :


Niratisaya

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.

Profil Selengkapnya >>

Review Film Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Stigma dan Tradisi: Laki-laki, Perempuan... Mana yang Lebih Baik?


Voici - Duo Multi Talenta Dari Surabaya


Khokkiri Layaknya Dark Chocolate yang Menawarkan Kisah Manis Sekaligus Gelap dan Pahit


SUPERNOVA: Ksatria, Putri, Dan Bintang Jatuh Film - Filsafat Eksistensi


Happy - Mocca Band (Dinyanyikan Ulang Oleh Aldin)


Marugame Udon - Delicacy in Simplicity


Kopi Luwak - Nongkrong Aman Sambil Berbagi Kopi dan Gelak


Dieng: Sebentuk Nirwana di Indonesia - Edisi Kompleks Candi Arjuna


Literasi Desember: Literaturia, Budaya Berpikir Kritis, dan Literasi Media (Bag. 1)


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Tujuh)


Bersama Sebuah Buku dan Sebatang Rokok


Halusinasi