Cheese In The Trap - Jebakan Si Keju Untuk Sang Tikus

19 Jun 2016    View : 13987    By : Niratisaya


Membaca judulnya saja pasti Artebianz dibuat terheran-heran, bagaimana bisa sebuah keju menjebak seekor tikus? Secara harfiah memang nggak mungkin, tapi kalau Artebianz mau meluangkan waktu dan berpikir sejenak; Artebianz pasti menyadari bahwa keju adalah benda paling ‘licik’ yang ada di dunia. Dengan warnanya yang kuning dan baunya yang memabukkan, dia menarik perhatian si tikus dan membuatnya terjerat dalam jebakan tikus.

Nah, saya curiga, analogi inilah yang digunakan oleh Soonkki, komikus yang menciptakan Cheese In The Trap. With a witty decision: kalau biasanya urusan goda-menggoda selalu diidentikan dengan kaum hawa, kali ini Soonkki sang komikus menghibahkan job-desc itu kepada tokoh laki-lakinya.

Biasanya di drama-drama Korea, si perempuanlah yang berusaha mendekati dan menggoda si laki-laki. Nah, bagaimana ceritanya kalau di balik?

It was full of fun!

Walau terlambat, dan harus mengulang kembali nonton dari awal, saya benar-benar menikmati Cheese In The Trap yang nggak cheesy.

Meski di akhir-akhir cerita saya merasa terjebak.

Kenapa? Well, saya nggak akan menceritakan langsung di sini, Artebianz. Anyhow, let’s just start everything with fun and happy things. And for me it was Park Hae-jin and Kim Go-eun combination. So, let us cut the chit-chat and start!

 

PS: Berhubung drama seri Korea Selatan ini sudah ditayangkan berbulan-bulan lalu, jadi… jangan salahkan saya kalau review kali ini dihiasi dengan spoiler. But, no need to worry my fellow movie cruncher, saya akan memastikan kalau takaran dosis spoiler di review ini nggak akan mengganggu ‘kesehatan’ kalian Laughing

 

 

A Piece Of Cheese In The Trap

Cerita ini dibuka dengan tokoh utama kita Hong Seol (Kim Go-eun) yang mabuk di sebuah pub(?) dan kedua temannya, Kwon Eun-taek (Nam Joo-hyuk) dan Jang Bo-ra (Park Min-ji), yang berusaha menyadarkan Seol dan mengajaknya pulang.

Namun, alih-alih mengikuti ajakan sahabat-sahabatnya, Seol justru mengomel—melaporkan rencananya untuk tahun ajaran kali itu: cuti kuliah dan bekerja serabutan untuk mengumpulkan uang kuliah.

Seol-CITT

Eun-taek dan Bo-ra menanggapi racauan Seol sebagai omongan mabuk. Namun, bagi Seol itu adalah curahan hatinya karena dia nggak tahan dengan suasana kampus—yang menempatkannya sebagai korban perundungan alias bullying. Semua ini berkat ‘bantuan’ Yoo Jung (Park Hae-jin), salah seorang senior yang terkenal ramah dan sering kali suka menolong adik kelasnya.

Jung_CITT

Semua berawal pada pertemuan mahasiswa yang terjadi setahun lalu, ketika Yoo Jung baru saja menyelesaikan wajib militer (gundae) dan kembali berkuliah. Kim Sang-cheol (Moon Ji-yeon), seorang senior lainnya, memaksa Jung duduk dengannya dan secara otomatis duduk di sebelah seorang teman seangkatan Seol: Nam Joo-yeon (Cha Joo-young). Joo-yeon sedari awal sudah menaruh hati kepada Jung. Ia pun mati-matian mencoba mendekati pemuda itu, salah satunya dengan menuangkan bir—yang kemudian ‘nggak sengaja’ tumpah.

Ya, bir itu nggak benar-benar tumpah tanpa disengaja. Dan, dari semua yang hadir di sana, hanya Seol yang tahu kronologi tumpahnya-bir-untuk-Yoo-Jung. Seol memutuskan nggak melakukan apa-apa, tapi sebelumnya dia sempat menatap Jung dan melepas sebuah cengiran. Sialnya, Jung melihat itu dan sempat beradu pandang dengan Seol.

Jung_CITT

Nggak mau berurusan panjang, begitu acara yang diadakan di sebuah rumah makan kecil itu berakhir, Seol memilih untuk pulang. Namun, sebelum dia pulang, Seol melihat Sang-cheol mengutil beberapa lembar uang dari uang iuran untuk acara mahasiswa malam itu. Sekali lagi, Seol memilih untuk menghindar, sampai satu detik dia berpapasan dengan Jung dan merasa salah tingkah. Bukan karena Jung menuntut Seol atas apa yang terjadi di meja makan, tapi karena Sang-cheol dan seorang senior lainnya membicarakan Jung yang menjadi ‘dompet’ bagi mereka. Seol dan Jung saling pandang, lalu Seol dengan rikuh meninggalkan Jung.

Seol mengira sejak hari itu dia akan menjalani kehidupan kampusnya dengan tenang. Namun, siapa yang sangka, keesokan hari Sang-cheol justru mendatangi Seol dan mendamprat gadis itu. Sang-cheol menuduh Seol sudah melaporkan Sang-cheol mengambil uang iuran. Merasa dia nggak melakukan hal itu, Seol menyanggah tuduhan Sang-cheol. Namun, kemudian dia ingat ada Jung di tempat itu bersamanya.

Jung-Seol_CITT

Seol pun sontak menghampiri Jung dan menuntut penjelasan. Jung dengan santainya menyanggah tuduhan Seol. Bukan hanya itu, beberapa mahasiswa lainnya membela Jung. Mereka kesal waktu Seol dengan keras kepala menuduh Jung. Semenjak itu, Seol pun menerima cibiran hingga kesulitan di kampus. Semuanya berakar kepada Jung.

Namun, suatu hari, Jung mendadak berubah 180 derajat. Dia bersikap baik, manis, bahkan menyapa Seol lebih dulu. Satu hal yang nggak pernah dilakukan Jung sebelumnya. Jangankan menyapa, sewaktu Seol menyapa Jung, pemuda itu justru nggak mengacuhkan gadis itu. Yang membuat Seol merinding adalah Jung hafal dengan jadwal kerja paruh waktunya di sebuah kedai kopi.

Jung-Seol_CITT

Ada apa dengan Jung?

Apa Seol punya sesuatu yang diinginkan Jung?

Apa Jung jatuh cinta pada Seol?

Belum sempat Seol menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, muncul Baek bersaudara (Baek In-ho diperankan oleh Seo Kang-jeon, sedangkan Baek In-ha diperankan oleh Lee Seong-kyeon). Kehadiran keduanya menjadi hal lain yang membuat Seol pusing.

Seol-BaekSiblings_CITT

Baca juga: 5-ji Kara 9-ji Made - Apa Jadinya Kalau Biksu Jatuh Cinta Pada Guru?

 

 

Cheese In The Trap: The Great Versus The Wasted

 

1. The Cheese And Mice

Kurang lebih ada 23 aktor dalam Cheese In The Trap, tapi kalau saya membahas semuanya rasanya saya harus membuat dua artikel untuk drama seri ini. Karena itu, saya memilih tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam cerita dan terhadap sosok Seol.

 

Hong Seol

Seol-CITT

“I have sensitive personality so sometimes I misjudge and misunderstand people but I’m gonna fix it.”

Seol adalah seorang gadis dengan rambut keriting berantakan yang khas, sehingga membuatnya mendapatkan julukan “bulu anjing”. Dia menghabiskan waktunya di kelas, perpustakaan, dan tempat(-tempat) kerja paruh waktunya demi bisa mendapatkan nilai sempurna serta uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Meski memiliki orangtua, Seol yang anak pertama dan seorang perempuan menjadi korban pandangan patriarki sang ayah. Ayah Seol menganggap nggak ada gunanya Seol berkuliah karena toh akhirnya Seol akan menikah dan bergantung kepada suaminya. Ayah Seol lebih memilih ‘menginvestasikan’ uangnya untuk adik Seol, Hong Joon (Kim Hee-chan), dan menyekolahkannya ke luar negeri. Meninggalkan Seol hanya dengan sedikit uang untuk deposito apartemen murahan.

Seol-CITT

Latar belakang keluarga yang kolot ini pun memicu semangat Seol agar bisa mandiri dan bekerja di sebuah perusahaan prestisius. Dia nggak memimpikan yang muluk-muluk. Asalkan bisa memiliki pekerjaan dan hidup mandiri. Pada satu adegan, Seol berkata kepada In-ho—yang tengah galau memikirkan hidup dan cita-citanya—bahwa dia lebih memilih pulang dalam keadaan seperti mayat, ketimbang hidup tanpa memiliki mimpi.

Inho-Seol_CITT

In-ho : Gosh, it's too much. Who studies in the subway? What do you want to become?
Seol : (Stop typing and starting to think)
I just want a job. I don't want to be unemployed.
In-ho : What are you worried about?
You're a college student.
Seol : That's what I thought too. When I was im high school, I thought I could be anything if I went to college. Now that I'm in college, there are many harder questions.

CITT

Seol : I envy those people the most.
In-ho : What's the envy? They look like corpses.
Seol : Have you never envied someone before?
....   ....
Seol : You have a talent, though. I have no talent, so I work hard at everything.

Hal ini memperlihatkan tentang kesederhanaan karakter Seol yang apa adanya, sehingga dengan mudah siapa pun bisa membaca pikirannya. Di sisi lain, kesederhanaan impian gadis berambut jingga itu sebagai seorang karyawan menandakan bahwa dia sudah terbiasa untuk mengikuti perintah dan peraturan yang ada. Juga membuatnya terbiasa mengamati sekitarnya. Hence, she could catch Jung’s peculiarity.

Seol-Jung_CITT

Sampai akhirnya dia bertemu Jung dan menghadapi berbagai perundungan, yang kemudian memaksa Seol untuk lebih berani menyuarakan isi hati dan pikirannya.

See? Nggak semua hal buruk di dunia ini menimbulkan efek buruk, Artebianz.

“Fine…. I’ll disappear from your sight.”

Baca juga: Kabut Rindu

 

Yoo Jung

Jung_CITT

"Why do you live your life losing out to others? Don’t worry about others, take care of yourself first because nobody is gonna acknowledge you for your troubles."

Jung-seonbae (Senior Jung) kita ini adalah sosok pria sempurna idaman semua wanita. Dia ganteng, memiliki dana nggak terbatas—dia sering banget mentraktir teman-temannya tanpa ada alasan khusus, baik hati, murah senyum, dan cerdas.

Ketika semua teman-teman sekolahnya jatuh hati dan mengikuti Jung seperti kerbau yang dicocok hidungnya—mungkin analogi tikus yang mengendus dan mengikuti bau keju lebih tepat?—Seol melihat sesuatu yang lain dalam diri Jung. Sesuatu yang gelap dan nggak tertangkap oleh mata teman-temannya. Terima kasih kepada sifat mawas yang dimiliki Seol.

Jung-Seol_CITT

And yes, Jung had this dark side of him yang berbeda 180 derajat dari sikap yang diperlihatkannya di depan umum. Kalau Jung yang lain ketemu Jung yang ini, dia pasti menasihati Jung-seonbae ini supaya nggak terlalu menekan dan mengekang shadow-nya. Seol-lah yang pertama kali melihat dan berinteraksi dengan Jung memperlihatkan sisi gelapnya. Dan, tanpa disadari Seol, lewat sebuah percakapan sederhana ketika mereka terjebak bersama, dia sudah membangkitkan rasa ingin tahu Jung tentang Seol—dan tentang manusia secara umum. Imbasnya, Jung pun akhirnya mulai mendekati Seol lewat berbagai cara.

Seol-Jung_CITT

Jika tokoh drama pada umumnya digambarkan sebagai sosok dengan satu tipe karakter (entah yang baik hati dan polos seperti sosok Jung Jae-min dalam Orange Marmalade, atau usil dan bermulut pedas tapi manis seperti sosok Yoo Si-jin dalam Descendants Of The Sun), Yoo Jung justru tampil sebagai tokoh serupa anti-hero yang punya caranya sendiri untuk membela kebenaran.

Namun, di sisi lain, Yoo Jung juga punya sisi kekanakan yang hanya ditunjukannya pada Seol seorang. Not because he’s hilariously petty, tapi karena ada masa kanak-kanak yang ditekan dan nyaris dilenyapkannya.

Jung_CITTLook at that child-like expression!

Sweet, yet bitter. A villainous hero who would do anything for what he believes and the one he loves. Yoo Jung benar-benar menjadi a breath of fresh air di antara para tokoh K-Drama dengan karakter dan perkembangan yang mudah tertebak. Bonusnya adalah dipilihnya Park Hae-jin sebagai pemeran Yoo Jung-seonbae kita yang memiliki karakter kompleks.

Jung-Seol_CITT"Would you go out with me?"
I'm no martyr, but this new type of bad boy within Jung-seonbae self would make me say "yes", if he throw the same question to me Tongue Out

Sampai akhirnya seseorang di belakang layar mengacaukan perkembangan drama seri Cheese In The Trap. Seenggaknya seperti itulah dugaan saya. Tapi saya nggak akan menceritakannya di sini, Artebianz. There’s place for everything.

“You received everything and now you say I’m the bad guy. How perfect do you expect me to be?”

Baca juga: Attack on Titan (進撃の巨人 - Shingeki no Kyojin)

 

Baek In-ho

“You should try to win when you get into a fight”

Kalau diibaratkan, Seol seperti sebuah pita film yang mengawasi sekaligus merekam segala yang ada di sekitarnya. Namun ia memiliki kuasa seujung kuku atas apa yang diinginkannya, sehingga orang-orang di sekelilingnya bisa memengaruhinya. Salah satunya adalah In-ho.

Berbeda dengan Jung yang berusaha menyediakan fakta dan cenderung menyimpan segalanya sendiri, In-ho memiliki karakter yang meledak-ledak, apa adanya, dan polos.

In-ho_CITT

Yang membedakan kepolosan Jung dan In-ho adalah fokus mereka. Jika Jung terpaksa melupakan masa kanak-kanak dan harus memahami dunia orang dewasa plus intriknya dalam pergaulan ayahnya, perhatian In-ho terpatri pada bagaimana dia harus survive hari itu. Ini karena In-ho (dan In-ha) dibesarkan di lingkungan keluarganya yang penuh kekerasan.

Sepeninggal kakeknya, In-ho dan In-ha dibesarkan oleh bibinya yang kerap kali melakukan kekerasan kepada si kembar. Suatu hari, kekerasan itu membuat si kembar melarikan diri dari rumah si bibi. Saat itulah, In-ho dan In-ha bertemu dengan ayah Jung yang kemudian membawa mereka ke rumahnya dan membesarkannya bersama Jung.

The Yoos and Baek Siblings

Bertahun-tahun Jung tumbuh dengan si kembar Baek. Dia bahkan mulai menganggap mereka bukan lagi seperti teman, melainkan saudara. Hingga suatu hari Jung mendengar sendiri apa yang ada dalam pikiran In-ho mengenai dirinya. Tahun-tahun yang dihabiskan In-ho bersama Jung membuat pemuda itu mengerti dengan baik apa yang dialami oleh sahabatnya itu. But, being himself, In-ho nggak bisa menahan diri dan dengan mudahnya memuntahkan apa yang ada dalam pikirannya. Dan, memicu segala konflik yang berkembang bertahun-tahun kemudian.

“Back then I didn’t know what it was to give up on a dream. What that meant… what it feels like when you think of a dream you’d forgotten.”

 

Baek In-ha

“There are ups and downs in relationship but maintaining longevity is hard.”

Salah satu tokoh yang cukup kontroversial dalam drama seri besutan Lee Yoon-jung dengan kecantikan, sifat dangkal dan money-oriented-nya, serta sifatnya yang ambisius.

In-ha_CITTIn-ha, one of the lively characters in Cheese In The Trap

Sejak tinggal bersama keluarga Jung, kakak perempuan In-ho seakan menemukan tempatnya sendiri. Apalagi ketika ayah Jung memiliki permintaan khusus kepada dirinya. In-ha seakan sudah menjadi anggota keluarga Jung. Namun, berbeda dengan In-ho yang senang ketika ayah Jung mengungkapkan rencananya mengangkat Baek bersaudara menjadi anak, In-ha justru merasa kecewa. Sebab bukan itu cara bergabung dengan keluarga Yoo yang diinginkannya—ia ingin menjadi Nyonya Yoo Jung.

Karena itulah, bisa ditebak bahwa motivasi pergerakan tokoh In-ha adalah Jung. Apa pun yang dilakukannya semuanya demi Jung—demi mendapatkan Jung.

Semula apa yang dipikirkan In-ha itu mungkin ada benarnya, sampai suatu hari Jung berkenalan dengan Seol dan berkencan dengan juniornya itu. In-ha, yang awalnya hidup tenang di apartemen pemberian ayah Jung dan memoroti setiap pemuda yang mendekatinya, akhirnya kembali mengusik kehidupan Jung. Ia memberi tahu Seol bahwa kesialan-kesialannya memang berasal dari Jung. Mulai dari Oh Young-gon yang menganggap Seol jatuh hati padanya, hingga sikap teman-teman kampus Jung dan Seol yang mulai menjaga jarak dengan Seol.

In-ha_CITT

Namun, In-ha tidaklah seperti kebanyakan tokoh gold-digger cantik dan antagonis seperti umumnya. Soonkki memberikan latar belakang yang cukup bagi In-ha, sehingga penonton tahu bahwa In-ha nggak menjadi dirinya yang sekarang begitu saja. Ada faktor eksternal yang membuatnya menjadi dan tetap menjadi dirinya yang sekarang ini. Beberapa di antaranya adalah Jung dan ayahnya.

“I cannot lose this easily, I fought so hard to protect it.”

 

Kim Sang-cheol

Senior Seol dan Jung yang masih harus tinggal kelas untuk mengejar nilai dan syarat kelulusan.

Sang-cheol_CITT

Jika Jung nggak menggunakan kekayaan atau kecerdasannya secara nyata untuk menekan seseorang, maka Sang-cheol adalah kebalikannya. Hanya mengandalkan senioritas, laki-laki tambun ini melakukan perundungan kepada setiap juniornya. Mulai dari hal kecil seperti membeli kopi, sampai memaksa juniornya agar dia bisa mengopi tugas dan mendapatkan nilai sempurna.

Namun, seperti sebagian besar tokoh Cheese In The Trap, Sang-cheol memiliki satu hal yang memotivasinya menjadi Kim Sang-cheol yang demikian. Itu adalah ambisinya untuk tetap menjadi bocah ajaib dari kampungnya.

“Hey, I’m in my fourth year, my dad’s retired, and I’m the oldest son!”

Baca juga: Cita-Cita Dirgantara

 

Ada banyak tokoh yang muncul dalam Cheese In The Trap dan sebagian besar dari mereka memiliki peran yang bisa dibilang bukan sekadar numpang lewat, sebab mereka mewakili dinamika dan budaya masyarakat Korea Selatan. Dan inilah kelebihan drama seri ini yang saya suka. Setiap tokoh memiliki faktor yang memotivasi mereka menjadi karakter yang mereka mainkan. Bahkan para tokoh antagonisnya pun ditampilkan demikian humane dengan kekurangan yang mereka miliki. Salah satunya adalah Son Min-soo (Yoon Ji-won), salah seorang teman sekelas Seol yang sama sekali nggak diingat siapa pun, hingga dia terpaksa mengubah penampilannya seperti Seol—bahkan sampai pada titik dia kehilangan jati dirinya sendiri karena memaksa menampilkan diri seperti orang lain.

Min-soo_CITTSon Min-soo, her dreams and Seol's fear

Tentu saja, ada kekurangan dalam karakterisasi Cheese In The Trap—dan dalam hal ini saya membicarakan dari sisi drama serinya, karena saya belum selesai membaca webtoon karya Soonkki ini.

Salah satu yang disayangkan adalah tokoh Lee Da-young (Kim Hye-ji), seorang teman sekelas Seol lainnya. Berbeda Jo-yeon yang memiliki karakter ‘tiga dimensi’, Da-young terkesan sangat one-dimensional dengan sifatnya yang mudah iri, suka menyebar gosip, dan menjilat demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Up to the point she closed her eyes when her boyfriend (Oh Young-gon) was clearly had eyes on Seol. Dia tetap menerima dan Young-gon, bahkan membelanya. Bahkan setelah dia memarahi Young-gon habis-habisan.

Dayoung-Younggon_CITT

Bagian ini yang membuat saya mengernyit dalam-dalam. Maksud saya, perempuan macam apa yang membiarkan kekasihnya berbuat seperti itu dan menerimanya kembali. Ini baru jadi kekasih, nanti kalau jadi suami?

Bicara soal suami, ada ayah Seol yang mewakili sosok laki-laki pada umumnya. Dia juga yang menjadi salah satu alasan Seol mati-matian berusaha menyelesaikan pendidikan strata satunya, meski harus membolos satu semester dan mempertahankan nilai A demi mendapatkan beasiswa.

Walau terkesan gelap dan berat dengan tokoh-tokoh yang membawa beban kehidupan masing-masing, somehow saya merasa nyaman menonton drama seri ini. Terutama ketika di layar teve sudah penuh sesak dengan cerita-cerita ala prince charming dan damsel in distress, juga acara romansa menye-menye yang malah membuat saya menikmati iklan atau berita.

Baca juga: Biru, Rindu

 

Cheese In The Trap And Its Plot

This is where things went wrong.

Kalau sebelumnya saya mengatakan saya menyukai karakter dan karakterisasi mereka di Cheese In The Trap, nggak demikian dengan plot dan cerita drama seri TVN ini.

Sebenarnya alur cerita Cheese In The Trap berjalan dengan baik. Peran Seol sebagai remaja yang beranjak dewasa dan terhimpit di antara cita-cita, budaya, serta harapan orangtuanya digambarkan dengan apik oleh duo Kim Nam-hee dan Go Sun-hee sebagai penulis skenario. Begitu juga Yoo Jung, yang menjadi daya tarik dari serial Cheese In The Trap dengan segala kemisteriusan dan kompleksitas karakternya. Disusul oleh dinamika orang-orang di sekitar mereka yang mendukung cerita, sekaligus perkembangan karakter kedua tokoh utama.

CITTCheese In The Trap and its batallion

Sayangnya, dengan perlahan fokus cerita mulai berubah di episode 11. Posisi peran utama pria dalam Cheese In The Trap seakan digantikan oleh Baek In-ho yang dimainkan oleh Seo Kang-jeon. Memang, kalau dibandingkan interaksi antara Seol dengan Jung, hubungan gadis itu lebih ceria dan spring-and-summer-like ketika dia bersama In-ho—pas dengan selera masyarakat pada umumnya ketika menonton drama seri dari Negeri Ginseng. Rapor Seol dan In-ho malah bisa dibilang bagus banget.

Tapi, tanpa kehadiran Jung dan karakternya yang nyentrik dan sering dibandingkan dengan Heathcliff (tokoh dalam The Wuthering Heights karya Charlotte Bronte), Cheese In The Trap terasa hambar. Saya akan sulit membedakan Cheese In The Trap dengan sebagian besar drama seri Korea Selatan, yang berdasarkan formula cerita yang sama: gadis yang berusaha menemukan jalannya+cowok yang disalahpahami+tokoh pria keturunan chaebol (kaum elite) yang dingin dan jahat= great romance story.

Lagi pula, siapa yang nggak bosan dengan karakter-karakter yang terinspirasi dari Mr. Darcy, tokoh dalam Pride and Prejudice karya Jane Austen. Meski populer, kalau nyaris semua tokoh dalam drama menggunakan Mr. Darcy sebagai inspirasi, siapa yang nggak merasa bosan, Artebianz?

The HongsSaya suka sebagian besar angle dan cara Lee-PD menggambarkan situasi serta karakter setiap tokoh Cheese In The Trap, including this Seol depiction's in being 'outcasted' by her own family.

Meski cerita ini disampaikan melalui kacamata romance ala dewasa muda, tapi Cheese In The Trap lebih dari sekadar cerita cinta. Serial ini juga mencoba menyampaikan tentang budaya patriarkal yang diwakili oleh orangtua Seol dan Jung.

Orangtua Seol menyisihkan Seol dan menaruh segala harapan kepada adik laki-laki Seol, Hong Joon. Dalam prosesnya, mereka memfokuskan keuangan mereka kepada kehidupan Hong Joon—terlepas apakah bocah itu benar-benar membutuhkannya atau tidak, ketimbang membaginya sama rata dengan Seol.

Di sisi lain, di balik perhatian orangtua—atau para orangtua Korea Selatan pada umumnya—kepada anak laki-laki mereka, terselip beban di pundak anak laki-laki itu.

Ambil contoh Sang-cheol yang mati-matian berusaha mempertahankan reputasinya sebagai anak dari desa yang berhasil masuk ke universitas Seoul. Dia pun berusaha mendapatkan nilai baik, apa pun caranya. Sekilas penonton mungkin mengira Sang-cheol melakukannya demi harga diri, tapi tidak. Dia melakukannya juga demi mendapatkan prestige agar bisa masuk ke perusahaan ternama di Seoul, atau paling nggak perusahaan itu berada di Seoul, sehingga dia bisa membiayai keluarganya yang ada di desa.

The YoosSebuah potret nggak selamanya benar-benar menangkap kenyataan

Sementara itu, Jung yang anak semata wayang seorang konglomerat pun nggak jauh berbeda nasibnya. Bahkan, bisa dibilang dia lebih buruk. Ini karena beban yang diterima Jung bukan sekadar mental, tapi juga psikologis.

Di usia muda, dia sudah menjadi ‘wajah’ dari ayahnya. Ke mana pun dan dengan siapa pun Jung berinteraksi, dia harus bisa menjaga emosi, menyenangkan hati lawan bicaranya, dan nggak memperlihatkan rasa marah sedikit pun ketika dia merasa kecewa.

Walhasil, Jung menjadi Jung yang berada dalam alur cerita Cheese In The Trap yang kita tonton, Artebianz. Dingin, menjaga jarak, berusaha menghindari konflik, tapi ketika seseorang membuatnya marah, dia akan membalas sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh lawannya. Regardless if his method was right or not.

However…. Perubahan alur dan fokus cerita sama sekali nggak membuat saya sampai jengah. As I said before, rapor hubungan Seol dan In-ho bagus. Yang nggak bagus adalah fakta bahwa perubahan fokus ini terjadi ketika seri ini akan berakhir dalam 5 episode. Membuat 11 episode pertama Cheese In The Trap yang disusun dengan apik menjadi zonk—hangus—berkat 5 episode terakhirnya dan mejadikan serial yang mempunyai cita rasa yang benar-benar lain ketimbang lainnya, menjadi hambar. Walau tiap aktor memainkan perannya dengan apik.

CITTSaya nggak keberatan atas keberadaan scene ini. Sama sekali nggak. Asalkan tim produksi Cheese In The Trap menata 'jalan setapak' menuju scene ini, agar penonton (baca: saya) nggak merasa seperti terlempar dan mual.

Baca juga: Balada Sebuah Perut

 

 

The End Of My Taste-Testing On Cheese In The Trap

Was I enjoying my time when I watched Cheese In The Trap?

Yes, Artebianz. As long as I stopped at episode 11 and played it again from the beginning. Demi rasa fuzzy dan fresh drama yang diadaptasi dari webtoon ini. Juga demi mengingat segala kelebihan Cheese In The Trap; mulai dari persahabatan Seol dan Bora yang bak saudari sehati, penggambaran perundungan dan keadaan sosial masyarakat Korea Selatan (juga Indonesia, kalau saya boleh menyebutkan), sekaligus penggambaran perkembangan karakter Seol yang mewakili para remaja yang beranjak dewasa.

Sebagai catatan, ketika menonton ulang Cheese In The Trap dari awal beberapa kali ketika mengulas drama seri ini, saya masih dibuat kagum dan nyaman oleh gaya Lee Yoon-jung dalam mengambil gambar dan memilih tone film. Sayangnya, prinsip dan gaya Lee-PD yang membawa kesuksesan bagi seri Coffee Prince tercoreng saat dia menggarap Cheese In The Trap.

Lee-PD selalu berusaha untuk menampilkan yang terbaik dan menggambarkan keutuhan karakter dan cerita. Kalau Artebianz skeptis tentang ini, boleh longok serial Coffee Prince yang membuat saya jatuh hati pada gaya directing Lee-PD. Tapi, di 5 episode terakhir semuanya jadi kacau....

Seol-Jung_CITTIzinkan saya menghibur diri dengan interaksi pasagan Jung-Seol yang imut dan polos ini, Artebianz....

Bahkan ekstra satu episode yang berisi behind the scene sekaligus narasi yang menjelaskan jalan cerita nggak membantu reputasi dan kontroversi Cheese In The Trap.

Sampai sekarang, saya masih menyayangkan perubahan alur cerita Cheese In The Trap yang begitu mendadak dan terkesan 'mentah'. Rasanya seperti kamu memesan satu set menu, menerima appetizer yang luar biasa, main course yang bukan main rasanya, lalu mendapati semangkuk es krim hambar yang sudah mencair sebagai dessertInnocent

Seandainya saja tim produksi bisa bekerja sama dengan pihak TVN dan menambah jumlah episode Cheese In The Trap.

Seandainya saja Lee Yoon-jung sebagai sutradara, Kim Nam-hee dan Go Sun-hee, tim editing nggak memangkas scene Jung.

Seandainya saja….

So, despite I was so in love with Park Hae-jin dan sosok Yoo Jung-seonbae yang nyentrik, juga akting Kim Go-eun sebagai Hong Seol yang ciamik, saya memberi Cheese In The Trap rating….

Rating

Enjoy the popcorn, Artebianz.

Nah, sekarang saya permisi dulu. Saya pengin nonton Bad Guys dan Park Hae-jin yang ditampilkan utuh, walau sebagai pembunuh serial yang psikopat.

 

 

 

Sincerely your fellow movie cruncher,

N

 


Tag :


Niratisaya

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.

Profil Selengkapnya >>

Review Film Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Mengasah Rasa Lewat Kehidupan dan Gelombang Ujian


Bicara Tentang Orizuka - Menulis Adalah Passion, Bukan Occupation


Sayap-Sayap Kecil - Mengintip Sepotong Kisah Rahasia Seorang Gadis SMA


Malam Minggu Miko Movie - Mockumentary Kegalauan Kaum Muda Indonesia




Dari Surga Belanja Menjadi Surga Makanan, Kedai Tunjungan City


Perpustakaan Balai Pemuda Surabaya


Terbang Dengan Kursi Mabur Di Sindu Kusuma Edupark


The Backstage Surabaya (Bagian 1) : How To Start A StartUp


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Empat)


Pria Asing Di Pos Kamling


Rajukan Sendu