Wana Wisata Sumberboto - Keindahan Alam yang Masih Dipandang Sebelah Mata

16 Mar 2015    View : 31237    By : Niratisaya


Hari masih pagi ketika mobil yang saya dan keluarga kendarai bergerak melintasi bypass Mojokerto. Kala itu jalanan masih sepi. Akan tetapi, berkebalikan dengan kondisi jalan raya kala itu, udara mulai hangat seolah hari itu mereka lebih sibuk ketimbang manusia yang biasa menyesaki jalanan dengan kendaraan. Saya dan keluarga berencana untuk mengunjungi nenek dari ibu saya yang tinggal di Ngoro. Namun, entah kenapa, tiba-tiba Ibu saya berubah pikiran Artebianz. Beliau berkata ingin jalan-jalan dulu. Walhasil, saya dan Ayah pun mengalah dengan keinginan Ibu. Lagi pula kami juga terlalu penat dengan kesibukan kami sekeluarga sehari-hari.

Walau sebenarnya… tak satu pun dari kami pernah mengunjungi Sumberboto. Well, Ibu saya pernah. Tapi itu bertahun-tahun yang lalu, saat Ibu masih remaja. Namun, bukan Ibu saya namanya kalau nggak nekat berangkat, meski cuma mengandalkan ingatan. Hanya dengan mengandalkan papan petunjuk Sumberboto yang menempel di dekat kantor Telkom di jalan menuju Wonosalam dan sebuah papan di dekat jalan masuk menuju Desa Sumberboto, kami pun mulai mencari lokasi daerah wisata hutan yang terletak 7 kilometer dari kota Mojoagung ini.

Mulanya perjalanan kami lalui dengan menyenangkan. Kami masuk ke sebuah area yang masih dikelilingi sawah nan hijau

Valdervomitt

serta udara yang sejuk, mengamati kesibukan petani yang lebih lamban dari para warga kota, melihat keramaian anak-anak sekolah. Namun, beberapa menit kemudian perjalanan yang tenang itu berubah begitu kami mengambil jalan masuk ke Sumberboto. Sewaktu melewati satu rumah dan melintasi jalan menuju Wana Wisata Sumberboto, jalanan tak lagi beraspal sehingga saya sekeluarga bak mengendarai boom boom car yang secara konstan kena tubrukan.

 

Untuk mengurangi efek tak menyenangkan kecepatan kami kurangi di sini, Artebianz dan mengalihkan perhatian pada hamparan hijau persawahan yang mengapit jalan menuju Sumberboto. Mungkin, akan lebih nyaman rasanya kalau berjalan kaki. Tapi Artebianz, jarak antara jalan masuk dari daerah Sumobito ke desa Sumberboto yang jadi lokasi wana wisata ini lumayan jauh. Mungkin ada 2-3 kilometer.

Setelah melewati jajaran sawah dan pemukiman penduduk desa Sumberboto, kami pun sampai di lokasi Sumberboto. Dari mana kami tahu? Dari sebuah posko yang ada di ujung jalan. Di sana terlihat tulisan“Wana Wisata Sumberboto”.
Awalnya saya mengira setelah membeli tiket masuk, saya tinggal berjalan lurus. Namun tidak, Artebianz. Pemerintah daerah Jombang nampaknya telah merancang bahwa jalan masuk Wana Wisata Sumberboto tidak satu jalur, seperti di Hutan Lindung Purwodadi. Jadi, untuk masuk pengunjung harus mengambil jalan di sebelah kanan—melewati jembatan dan kawasan hutan Sumberboto.

Jembatan Sumberboto

 

Keindahan Alam Wana Wisata Sumberboto

Memasuki daerah hutan wisata Desa Sumberboto, tanpa ragu saya segera turun dari mobil dan membiarkan orangtua saya berangkat lebih dulu. Alasan utama saya adalah karena saya ingin menikmati keindahan hutan Sumberboto yang tak kalah menawannya dengan hutan yang sering dipamerkan masyarkat Korea Selatan dan Jepang di serial drama mereka. Bahkan jalan masuk dari jembatan sendiri sudah sangat indah.

Langit Pagi di Hutan Sumberboto
(Langit pagi dan udara sejuk Sumberboto)

Alasan lain saya adalah karena saya ingin berjalan kaki menikmati udara segar yang ditawarkan Sumberboto. Benar-benar sejuk, Artebianz. Sebagai warga kota yang sering disesaki dengan penampakan kendaraan bermotor, suara klakson, mal dan fasilitasnya yang sering menguras kantong—saya merasa kali itu saya tidak boleh melewati kesempatan untuk menghirup udara bersih dan memandang sepuasnya keindahan alam yang dianugrahkan-Nya.

Dari jembatan, saya berjalan menyusuri jalan. Cukup mudah bagi saya untuk menemukan area parkir Wana Wisata Sumberboto walau pada kenyataannya cukup jauh dari jembatan tempat awal mula saya trekking. Ini karena hanya ada satu jalur di sana Smile

Pelataran Parkir Mobil Sumberboto(Pelataran parkir mobil Sumberboto)

Kunjungan saya dan keluarga bersamaan dengan jam sekolah murid-murid SD, yang saya duga adalah murid SD yang berada tak jauh dari Wana Wisata Sumberboto. Melihat mereka dengan riang membawa sepeda dan berjalan kaki, membuat saya merasa iri; seandainya saja saya bisa setiap hari mengunjungi Sumberboto dan trekking sepuas hati seperti mereka. Dengan biaya yang luar binasa murah pula, Artebianz! Hanya dengan 5ribu rupiah, kita bisa menikmati keindahan alam Sumberboto dan mencelup-celupkan diri ke kolam renang yang ada.

Pelataran Parkir Sepeda Motor Sumberboto(Pelataran parkir sepeda motor Sumberboto)

Sayangnya, karena tidak direncanakan, saya pun tidak bisa berenang di Sumberboto. Sebagai gantinya saya bisa trekking dengan sepuas hati di sana, menyusuri jalanan sepi, menikmati cahaya pagi mentari.

 

Fasilitas di Wana Wisata Sumberboto

Dari data yang ada di petugas, sedikitnya ada puluhan bahkan ratusan wisatawan datang ke Wana Wisata Sumberboto. Hal ini bisa jadi karena Sumberboto memiliki dua lokasi kolam pemandian.

Weits! Jangan salah, Artebianz. Pemandian di Wana Wisata Sumberboto berbeda dengan kolam pemandian yang ada. Seratus persen air yang mengalir di kolam berasal dari mata air Sumberboto. Untuk para orangtua jangan khawatir, di Sumberboto bukan hanya tersedia kolam pemandian dewasa. Di sana juga ada pemandian untuk anak-anak. Bahkan di pagar tertulis kedalaman kolam.

Kolam renang anak-anak(Kolam renang anak-anak)

Selain itu, tak jauh dari lokasi pemandian, ada sarana bermain untuk anak-anak. Ada perosotan, ayunan dan lain-lain.
Sarana pendukung kolam pemandian seperti kamar mandi juga terletak tak jauh dari kolam. Sementara itu, nyaris di setiap spot yang diperkirakan akan menjadi tempat nongkrong atau jalur trekking, ada toilet.

Sarana bermain anak-anak(Sangat otherworldly dan menginspirasi untuk menulis cerita aneh-aneh hutan Sumberboto ini, Artebianz Smile)

Di Wana Wisata Sumberboto juga ada pendopo yang dapat dimanfaatkan untuk pertunjukan seni.

Yang Asyik dari Wana Wisata Sumberboto

Dengan keindahan alamnya dan fasilitasnya sebagai wisata hutan dan pemandian, Wana Wisata Sumberboto tentu bisa dijadikan pilihan sebagai bumi perkemahan para pelajar. Maksud saya, bukan hanya pelajar kota-kota di sekitar Sumberboto (baca: Jombang, Mojoagung, Mojokerto, dll.), tetapi juga para pelajar dari kota besar yang selama ini hanya mengandalkan Pacet dan Purwodadi.

Di Sumberboto para pelajar yang berkemah tidak perlu mengantre mandi seperti saya dulu saat mahasiswa. Ada lebih dari tiga lokasi toilet di Sumberboto.

Kelebihan kedua dari Wana Wisata Sumberboto adalah pelataran parkir yang luas. Ada dua pelataran parkir bawah untuk mobil dan satu pelataran parkir untuk sepeda motor, yang terletak agak menanjak.

Kelebihan ketiga, dan yang paling penting, adalah keindahan hutan wisata kaki Gunung Anjasmoro ini sendiri.

Jalur trekking Sumberboto(Jalur trekking sudah ada dan keindahan alam tersedia, tinggal perawatan saja nih)

Dengan keindahannya ini, Wana Wisata Sumberboto menginspirasi saya untuk menulis satu cerita sureal ala Murakami atau cerita suspense nan gelap ala Kirino.

Kelebihan keempat adalah kesigapan para petugas yang memasang peringatan untuk pengunjung. Di beberapa titik di Wana Wisata Sumberboto, terutama jalan masuk, terdapat selebaran peringatan yang memberitahu para pengunjung agar berhati-hati saat terjadi hujan lebat.

Yang Kurang Asyik dari Wana Wisata Sumberboto

Dari tadi saya membicarakan tentang keindahan dan betapa menawannya Wana Wisata Sumberboto. Akan tetapi, seperti umumnya daerah wisata, tentu ada kekurangan dari Sumberboto.

Kekurangan yang pertama adalah fasilitas untuk para penjual. Entah apakah karena ingin mempertahankan ketradisionalan, warung-warung yang ada di Wana Wisata Sumberboto terlihat sangat amat bersahaja sekali. Mark my hyperbole here, Artebianz. Mereka berjualan dengan warung terbuat dari gedhek (anyaman bambu), yang masih oke menurut saya. Tetapi dengan penampilan seadanya (baca: tulisan nggak rapi, bagian dalam warung yang gelap, display yang kelewat apa adanya). Seandainya diberikan fasilitas untuk para pedagang, yang notabene adalah masyarakat sekitar, saya yakin pengunjung akan semakin merasa nyaman di Sumberboto.

Apalagi kalau makanan dan minuman yang dijual adalah makanan dan minuman tradisional. Paling tidak rawon, pecel, es teh, jeruk, dan sejenisnya. Bukannya m**one, f***a, c***c**a, dll.. Kalau perlu, kerja sama dengan penduduk Wonosalam, yang terkenal sebagai penghasil buah-buahan. Apa pun, yang penting tradisional. Paling tidak, jangan meja dan display didominasi dengan minuman buatan pabrik semacam itu.

Warung Sumberboto(Cuma ada jajanan dan minuman artifisial Cry)

Kekurangan kedua adalah fasilitas jalan menuju Desa Sumberboto. Sebagai salah satu wisata andalan daerah Jombang, sudah semestinya jalan menuju Sumberboto diperbaiki. Melewati jalan menuju Desa Sumberboto bisa mengubah saya menjadi penyanyi dengan vibrasi terkeren, karena saking banyaknya lubang di jalan.

Kekurangan ketiga adalah kurangnya perhatian terhadap fasilitas dan tugu yang ada. Di sini saya menyebutkan dua kolam, tapi sebenarnya ada satu kolam pemandian lagi. Berbeda dengan dua kolam lainnya, kolam yang lebih kecil ukurannya ini kurang—oke, sebenarnya tidak terawat. Entah karena adanya penurunan jumlah pengunjung atau apa. Sebab, menilai dari adanya jalan memutar, mestinya Wana Wisata Sumberboto ini cukup ramai.

Selain itu, saya rasa tugu prajurit yang ada di dekat kolam pemandian dewasa juga perlu diwarnai ulang, agar terlihat lebih berwarna dan fresh.

Tugu Sumberboto(Tugu peringatan perjuangan di hutan Sumberboto ini terlihat kusam ya, Artebianz)

Terakhir, kekurangan yang perlu diperhatikan oleh Pemda Jombang dan para pengelola adalah adanya tangan-tangan jail, yang demi mendapatkan uang lebih berani melakukan penggembosan terhadap ban mobil pengunjung. Memang tidak ada pencurian kendaraan atau barang, tapi kalau ada penduduk yang semacam itu—mengingat Sumberboto cukup jauh dari tukang ban dan pompa bensin—rasanya sayang sekali kalau ada pengunjung yang enggan datang gara-gara ada tangan-tangan jail.

Mungkin juga, Pemerintah Daerah perlu memberdayakan masyarakat yang memiliki terlalu banyak waktu luang untuk menjadi pengelola Wana Wisata Sumberboto. Tentu saja, dengan syarat beberapa sarana dan prasarana lainnya yang dapat mendukung kemajuan Sumberboto.

Sekilas tentang Wana Wisata Sumberboto

Dengan lokasinya yang terletak 7 kilometer dari Mojoagung dan 20 kilometer dari Kota Jombang, Wana Wisata Sumberboto memiliki potensi sebagai salah satu wisata alam Pemda Jombang. Namun, sebagai daerah wisata alam, tentu lokasi bukan hanya poin ekstra Sumerboto. Hal lain yang menjadi kelebihan Sumberboto adalah keindahan alamnya.

Peringatan(Sayangi alam, Artebianz Wink)

Terletak di kaki Gunung Anjasmoro, menjadikan Sumberboto sebagai daerah wisata yang pas sekali untuk berkemah. Konon, di daerah wisata yang terkenal dengan pemandiannya ini terdapat peninggalan Kerajaan Majapahit. Desas-desusnya, peninggalan tersebut adalah “saksi” sejarah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Memang, di Wonosalam yang terletak tak jauh Sumberboto terdapat sebuah candi yang disebut masyarakat sekitar dengan Candi Arimbi, tetapi saya tidak tahu apakah masih ada kaitannya dengan peninggalan sejarah yang ada di Sumberboto. Sewaktu mengunjungi daerah wana wisata ini sendiri, saya hanya mendapati tugu berupa dua patung prajurit. Namun dari pakaian serta tahun yang tertera di tugu, jelas bahwa patung tersebut adalah bentuk penghormatan untuk prajurit yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Peringatan 2

Pada tahun 1998 bertepatan dengan lengsernya Presiden Soeharto, sempat terjadi kerusuhan di hutan Wana Wisata Sumberboto. Dengan dalih kebebasan ekonomi, beberapa masyarakat yang tidak bertanggung jawab melakukan penebangan liar hingga nyaris menggunduli kawasan hutan di Sumberboto. Beruntung, Pemerintah Daerah Jombang segera tanggap sehingga tindakan anarkis masyarakat dapat diakhiri. Namun entah mengapa, meski demikian, reboisasi Wana Wisata Sumberboto baru dilakukan pada tahun 2004. Tidak segera setelah terjadi penggundulan hutan.

Lokasi Wana Wisata Sumberboto

Apabila Artebianz berangkat dari Surabaya, kamu wajib mengambil jalur Krian menuju ke Terminal Mojokerto, kemudian melewati perempatan Trowulan, dan lurus ke arah Terminal Mojoagung. Nah, di sini Artebianz akan melihat tandon air peninggalan Belanda yang ada di sebelah kiri. Begitu melihat tandon air ini, siap-siap belok kiri ya, Artebianz.

Satu petunjuk lain yang menandakan Artebianz nggak salah belok adalah keberadaan  kantor Telkom Mojoagung di berseberang tandon air Belanda. Di kantor Telkom tersebut, Artebianz akan melihat papan penunjuk ke arah Sumberboto.
Kalau Artebianz berangkat dari arah berlawanan, tentu saja tandon air Belanda tersebut akan terlihat di sisi kanan jalan menuju Terminal Mojoagung.

Semisal Artebianz menggunakan kendaraan umum, kamu bisa turun di Terminal Mojoagung kemudian naik lyn M warna merah. Atau Artebianz bisa memanfaatkan jasa ojek yang biasa mangkal di sekitaran Terminal Mojoagung dan kantor Telkom.

 

 

Tempat wisata asyik lainnya:

 


Referensi:
https://jawatimuran1.wordpress.com/2013/07/20/pemandian-sumberboto-jombang/
http://agussiswoyo.com/kontes-blogging-3/pemandian-sumber-boto-tempat-wisata-di-jombang-yang-terabaikan/




Niratisaya

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.

Profil Selengkapnya >>

Wisata Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Mengajar Itu Layaknya Orang Yang Ingin Membina Hubungan, Butuh Proses PDKT


Alvi Syahrin - Semua Berawal Dari Mimpi Dan Kemudian Menjadi Nyata


The Stolen Years - Yang Dicuri Waktu dari Cinta dan Kita


Art Idol


Membaluri Luka dengan Cinta dalam Lagu I'm Not The Only One


Soto Khas Lamongan Di Pandean, Ngoro


my Kopi-O! Salah Satu Spot Nongkrong dan Ngobrol Asyik


Piknik Asyik Bersama Keluarga Di Pantai Teleng Ria


Literasi Desember: Literaturia, Budaya Berpikir Kritis, dan Literasi Media (Bag. 2)


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Lima)


Oma Lena - Part 2


Kepada Yang Terkasih