Napak Tilas Aliran Lahar Gunung Merapi: Lava Tour Merapi

13 Jun 2016    View : 2702    By : Mia Kamila


Horeeee! Akhir pekan tiba, saatnya jalan-jalan. Tapi jalan-jalan saya kali ini tidak sendirian, juga tidak ramai-ramai hanya berdua saja. Sama siapa? Pasangan? Bukan tentunya! Hehe. Tidak harus bersama pasangan kan kalau kita ingin happy-happy dan membuat keseruan. Tidak pula bersama teman sebaya.

Salah satu rekan pelesir saya kali ini adalah Bu Evi, yang umurnya jauh lebih tua dari saya. Pantas jika saya menjadi anak beliau. Namun semangat beliau tak mau kalah dengan saya yang masih muda, lho! Pagi buta beliau sudah antusias membangunkan saya yang masih molor di atas kasur dengan pose yang tak karuan. Beliau pengin sekali ditemani jelajah Lereng Merapi naik jeep yang sering disebut dengan Lava Tour oleh para penyedia jeep tersebut.

“Kak, minum kopi dulu biar melek,” kata beliau sambil menyodorkan sebuah kopi kaleng kepada saya. Sementara saya masih asik menguap manja di samping beliau yang sedang mengemudikan mobil. Dasar saya memang muka bantal dan susah bangun pagi. Apalagi udara di sekitar Kaliurang dingin sekali, jelajah lereng Merapi rasanya lebih nikmat kalau dijalankan dalam mimpi saja, hihihi.

jeep_merapiJeep Merapi, dokumentasi: Mia

Kami berangkat dari kediaman Bu Evi sebelum subuh. Di pagi buta itu, kami sudah menunggu jeep di depan taman Kaliurang. Udara dingin segera menyergap tubuh saya yang berbalut jaket tipis dan syal melingkari leher. AC di dalam mobil Bu Evi ternyata lebih hangat daripada udara di luar. Sungguh!

Tak lama kami menunggu, saya melihat ada sebuah sinar kendaraan yang menuju ke arah kami. Dan memang benar, jeep yang kami tunggu sudah datang. Siap untuk mengantar kami jalan-jalan menembus dinginnya alam.

Baca juga: Ada Apa di Madiun? 

 

 

Menuju Lereng Merapi

Dalam gelap, kami menuju ke lereng merapi menggunakan jeep. Perjalanan kami tak luput dari medan terjal dan hantaman debu. Goyang kanan dan goyang kiri, jeep tetap melaju dengan lenggang patah-patah. Bagaimana tidak, saya yang berada di belakang merasakan guncangan yang amat dahsyat. Badan saya yang aduhai harus terlempar ke kanan dan ke kiri mengikuti irama jeep. Pantas saja salah satu teman pernah memperingatkan saya agar sedia balsam gosok dan Salonpas mengantisipasi jika terjadi cidera pinggang.

Satu jeep bisa muat untuk 4-5 orang, satu orang di depan menemani sopir, dan sisanya di belakang berdiri atau duduk menghadap ke depan. Harga sewanya pun tak mahal, cukup merogoh kocek sebesar Rp350.000 dan khusus untuk Lava Tour Sunrise dikenakan biaya Rp400.000.

merapi
Merapi, dokumentasi: Mia

Sepanjang perjalanan janganlah malu untuk bertanya kepada sang sopir tentang gunung Merapi, karena sopir jeep dapat menjadi pemandu wisata kita selama dalam perjalanan lava tour. Beliau akan bercerita tentang kejadian meletusnya Merapi dan desa-desa yang terkena dampak letusan Gunung Merapi.

Baca juga: Perang Vietnam dan Peran Indonesia

 

 

Kita Telah Sampai: Lereng Merapi

Setelah sampai di Lereng Merapi, saya menikmati semburat oranye di langit yang masih gelap. Menanti-nanti sang surya muncul dari peraduannya. Sementara itu, Bu Evi asik selfie dengan background merapi yang menjulang tinggi dengan ujung yang merekah.

sunrise_merapiSunrise Merapi, dokumentasi: Mia

Melihatnya, saya teringat sebuah lukisan gunung yang saya gambar saat masih SD. Bentuk Gunung Merapi yang menyerupai tumpeng raksasa dan kami ada tepat dibawahnya nampak tidak ada apa-apanya.

Setelah hari mulai siang kami turun dan menyusuri spot lain yang masuk dalam satu paket perjalanan. Bersama jeep yang lain kami menuju Batu Alien. Batu ini merupakan material yang dihasilkan dari perut Gunung Merapi. Namun, karena bentuknya mirip dengan wajah alien, batu ini dijuluki dengan batu alien.

batu_alienBatu Alien, Dokumentasi: Mia

Dari batu alien, kami meluncur ke sebuah rumah warga yang terkena dampak letusan Gunung Merapi dan rumah tersebut dijadikan museum bernama Omahku Memoriku. Rumah tersebut sudah tak berbentuk rumah lagi, karena sudah hancur oleh material merapi dan semburan awan panas.

museum_omahkuMuseum Omahku Memoriku, Dokumentasi: Mia

Di dalam rumah tersebut masih terlihat beberapa perabotan rumah tangga yang hangus, leleh terkena awan panas. Bahkan debu vulkanik pun masih menggenang di beberapa sudut ruangan. Setelah semua puas, sang sopir akan membawa kita basah-basahan di Kali Opak yang sudah diset untuk menjadi ajang off-road. Jangan berharap kering jika melintasi kali ini, karena sopir sengaja membuat tubuh para penumpangnya menjadi basah kuyup dengan cipratan air kali.

Baca juga: Balada Sebuah Perut

 

 

Rekomendasi Penulis Untuk Jelajah Merapi - Lava Tour

Jika kalian ingin menjelajahi Merapi atau Lava Tour, kalian bisa langsung menuju Kaliurang. Di sepanjang Kaliurang banyak sekali warga yang menawarkan paket wisata ini. Bahkan, hampir setiap penginapan di Kaliurang menawarkan paket Lava Tour. Tidak harus di pagi buta sih jika hanya ingin berjelajah biasa.

Namun, saya sarankan ambillah paket Lava Tour yang sunrise, selain kita dapat melihat indahnya matahari terbit. Kita juga dapat menikmati spot wisata yang lain di luar tur karena, ketika kita sampai di Kaliurang masih tergolong pagi.

 Selamat Menjelajah, Artebianz!

Baca juga: Mendaki Bukit Pawuluhan


Tag :


Mia Kamila

Mia Kamila adalah seorang blogger yang suka jalan-jalan. Dia selalu mencatat setiap perjalanannya berikut maknanya melalui sebuah untaian kata-kata.

Profil Selengkapnya >>

Wisata Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Malaikat Tak Bersayap


Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya


Pantai Pulau Merah Nan Meriah Di Banyuwangi


Crazy Little Thing Called Love: Dari Itik Si Buruk Rupa Menjelma Menjadi Snow White yang Sesungguhnya


Lalu Abdul Fatah - Profesi, Delusi, dan Identitas Diri


My Pancake Restoran Surabaya  Town Square


Taman Bungkul - Oase dan Kebanggaan Warga Surabaya


Tiga Puluh Tahunan (Part 1)


Membaluri Luka dengan Cinta dalam Lagu I'm Not The Only One


Literasi Desember: Festival Literasi Akbar Bersama Literaturia


Jingga Senja Sewarna Darah


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Ketiga)