Pasar Seni Lukis Indonesia 2015

21 Oct 2015    View : 4545    By : Amidah Budi Utami


Coretan Kanvas Perjalanan Kita

Seorang penyair berlayar. Ia mendarat membawa berlembar-lembar puisi yang bercerita tentang perjalanannya.

Seorang pelukis mendaki gunung. Ia turun membawa bergulung-gulung kanvas bercoretkan pemandangannya.

Seorang penyanyi berkeliling negeri. Ia pulang membawa senandung nada bernyanyikan pemahamannya.

Memang demikian adanya. Seseorang pergi, lalu kembali dengan cerita tentang perjalanannya, pengalamannya, dan tentu saja pemahamannya.

Bila bukan untuk memahami, untuk apa seseorang melakukan perjalanan.
Bila bukan untuk memahami, untuk apa seseorang penyerap pengalamann.

Lagu pemahaman selalu berkombinasikan keburukan dan keindahan. Lukisan pengalaman selalu berwarna terang dan gelap. Sedangkan puisi perjalanan selalu berbaitkan kesenangan dan kesedihan.

(Cacatan Emha Ainun Najib - dikutip dari Goresan Diplomasi The Art of Budi Sulaiman)


Satu hal berharga pada bulan ini adalah saat saya mengunjungi Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) 2015 yang digelar pada tanggal 2 sd 11 Oktober 2015 di JX International, Jalan A. Yani 99 Surabaya. Saya mengunjungi pasar seni tersebut pada hari Rabu, 7 Oktober 2015 sepulang kantor bersama satu orang teman kantor saya. Sebenarnya kondisi fisik saya saat itu sangat capek, juga kurang tidur beberapa hari terakhir ini ditambah beberapa hal yang masalah berseliweran di kepala saya. Kok jadi sesi curhat ya? Hehe.

panitia pasar seni lukis Indonesia 2015(sekretariat PSLI 2015)

Tapi saya bersyukur telah membulatkan tekad untuk menyempatkan datang ke Pasar Seni Lukis ini. Di sana saya mendapatkan atmosfer yang benar-benar berbeda. Saya berdialog dengan orang-orang yang memiliki mindset yang berbeda. Mata saya dimanjakan oleh karya-karya indah yang jumlahnya sangat banyak! Satu lagi, saya merasakan dimensi waktu di sini berjalan pelan, tidak terburu-buru. Semakin larut malam kok malah semakin hidup? Bukan kehidupan malam yang hingar bingar, tapi kehidupan malam yang mengalir tenang. Mungkin Artebianz bingung dengan penjelasan saya. Tapi kenyataannya itulah yang saya rasakan ketika berada di Pasar Seni Lukis saat itu.

suasana pasar seni lukis Indonesia 2015

Baiklah, saya akan perinci satu per satu tentang "Apa sih sebenarnya Pasar Seni Lukis Indonesia ini?", "Bagaimana penyelenggaraannya kali ini?", dan "Apa saja yang saya temukan di sana?"

Baca Juga : Pameran Lukisan "Legenda Cinta Nusantara"


Pasar Seni Lukis Indonesia 2015 Di JX International Surabaya

Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) adalah ajang pertemuan pelukis, kolektor, galeri, dan masyarakat pecinta seni tingkat nasional. PSLI diselenggarakan setiap tahun di kota yang berbeda. Pelukis yang turut menjajakan lukisannya di ajang ini berasal dari berbagai macam kota di Indonesia. Sebagian besar berasal dari pulau Jawa dan Bali. PSLI kali ini adalah yang kedelapan kalinya. PSLI pertama digelar pada tahun 2008 di Balai Pemuda Surabaya.



PSLI kali ini diikuti oleh 228 pelukis yang menempati 168 stan. Ada pelukis yang menempati satu sampai tiga stan sekaligus. Ada juga satu stan yang diisi beberapa pelukis yang tergabung dalam komunitas. Ada ratusan sampai ribuan (saya tidak tahu pasti jumlahnya) lukisan yang siap di jual disana dan semuanya bagus Artebianz. Hal ini tidak mengherankan mengingat para penjaja lukisan sebagian besar adalah pelukis senior yang telah menggeluti seni lukis puluhan tahun.


Berdialog Dengan Para Pelukis

Hal paling membahagiakan saat itu adalah bisa melihat banyak sekali masterpiece dan berdialog dengan masternya. Malam itu saya sempat berdialog dengan Mas Wahyudi, pelukis asal Tangerang; Bapak Budi Sulaiman, pelukis senior Surabaya; Bapak I Gede Putra Udiyana dari Denpasar, Bali. Para master ini sangat-sangat ramah dan terbuka menceritakan pengalaman mereka tentang lukisan dan dunia seorang pelukis.

Kepada Mas Wahyudi saya menanyakan tentang berapa lama kira-kira waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu lukisan. Ada kalanya saya menanyakan harga lukisan tertentu yang beliau buat. Mas Wahyudi menjawab untuk satu lukisan bisa selesai satu minggu. Namun ada juga yang baru selesai satu bulan, tergantung tingkat kesulitan masing-masing. Harga lukisan yang berukuran medium dibandrol 2 juta sampai 6 juta-an.

Kemudian saya mengunjungi stan Bapak Budi Sulaiman. Bapak kelahiran Jombang ini adalah salah satu pelukis ternama negeri ini. Budi Sulaiman telah beberapa kali menggelar pameran tunggal. Kepada beliau saya bertanya-tanya bagaimana proses kreatifnya. Kemudian beliau memberi saya sebuah pamflet tentang pameran tunggalnya yang ke-6. Di dalam pamflet itu diceritakan kisah panjang perjalanan kreatifitas Budi Sulaiman yang penuh dengan jatuh bangun.

Beliau bertanya "Apakah saya tertarik menjadi pelukis juga?" Itu adalah pertanyaan yang menggelitik sekali. Saya akui di 'sini' ada dunia yang sangat indah. Tapi saat ini saya masih menjalani dunia lain yang di dalamnya terdapat mimpi-mimpi saya yang belum tercapai. Jadi saat ini tidak dan belum. Tapi rasanya menyenangkan jika saya bisa menjalani usia senja saya nanti dengan melukis. Asal Artebianz tahu, di PSLI ini saya menjumpai kakek-kakek lanjut usia yang masih eksis melukis. Wajah-wajah tua itu memancarkan semangat dan suka cita, membuat saya ingin seperti beliau-beliau ini ketika tua nanti.

Di stan berikutnya saya bertemu dengan seorang master dari Denpasar, I Gede Putra Udiyana. Saya terlibat dialog panjang dengan pelukis Bali ini. Awalnya kami mendiskusikan karya-karya beliau yang sungguh menarik para pengunjung terutama yang cewek-cewek. Siapapun akan terpikat oleh bunga sakura yang indah ini:

lukisan bunga sakura by Udiyana(lukisan bunga sakura karya I Gede Putra Udiyana)

Bagaimana awal mula beliau memutuskan untuk melukis bunga sakura?

Kalau dibenak orang awam seperti saya misalnya, kronologisnya akan seperti ini: saya sangat menyukai bunga sakura karena bunga ini indah. Sakura adalah bunga favorit saya. Saya merasa sakura lebih indah dari bunga-bunga yang lain. Kemudian saya memutuskan untuk melukis bunga sakura.

Tetapi, ternyata proses kreatifitas pelukis sangatlah berbeda. Pelukis selalu memulai sesuatu dengan rasa dan warna. Di saat-saat melukis, Udiyana dalam suasana hati bahagia. Kalau orang bilang mood-nya lagi seneng. Rasa bahagia itu membuat Udiyana mengapilkasikan warna-warna cerah ke dalam lukisannya. Kebetulan saat ini bunga sakura lagi ngetren di Bali. Udiyana terinspirasi dari tren yang ada, maka jadilah lukisan bunga sakura karya Udiyana.

Namun sesungguhnya ada satu jenis lukisan yang menjadi ciri khas Udiyana. Beliau menamakan lukisan "manusia purba".

lukisan manusia purba karya udiyana(Lukisan Manusia Purba karya Udiyana, Denpasar)

Lukisan manusia purba ini memiliki konsep bahwa semua orang sama. Hal itu juga yang menjadi prinsip hidup Udiyana. Beliau tidak pernah membeda-bedakan orang.

pelukis yang suka berfilosofi ini juga menyinggung tentang konsep "kebahagiaan". Bahwa seharusnya bahagia itu bersumber dari dalam, dari diri kita sendiri. Umumnya orang bahagia karena orang lain atau hal-hal materiil. Ketika orang lain yang sering membahagiakan kita pergi, kita jadi merasa hampa. Padahal seharusnya kita bahagia karena diri kita. Sebuah kebahagiaan yang tidak bisa direbut orang lain. Gimana artebianz, bingung membaca kalimat saya? Tapi saya menyukai konsep bahagia ini. Saya mencoba menerapkannya.

Baca Juga : Basha Market Chapter 2 - Merayakan Kreatifitas Lokal


Masterpiece aka Lukisan Terfavorit

Sungguh sangat sulit untuk menentukan mana favorit saya. Bayangkan, ada ribuan lukisan di sini dan semuanya bagus. Dari ribuan lukisan tidak semuanya saya sempat melihatnya. Mungkin ada beberapa yang bagus tapi terlewatkan oleh mata saya. Tapi bagaimanapun saya akan memilih beberapa yang terfavorit.

Terfavorit Pertama: Lukisan karya Fadzilah

Karya pelukis asal Surabaya ini terlihat stunning! Karya-karyanya terlihat halus, lebih bercerita dan lebih hidup. Sayangnya, saya tidak sempat bertemu beliau di stannya.

lukisan ikan koi karya fadzilah Surabaya(Lukisan ikan koi karya Fadzilah - Surabaya)

Terfavorit Kedua: Lukisan karya Udiyana

Karya pelukis yang telah banyak memberi banyak kesan ini adalah favorit saya yang kedua. Saya menyukai komposisi warna pada lukisan bunga sakura. Karya "manusia purba" nya juga terlihat stunning, terlebih setelah saya tahu makna di balik karya tersebut.

Terfavorit Ketiga: Lukisan karya Eka Suwarno

Karya pelukis asal Gianyar, Bali, ini didominasi oleh taman bunga. When you look it, you will think meybe heaven is like this.

lukisan karya eka suwarno(Lukisan bunga karya Eka Suwarno, Gianyar)


Workshop Dan Seminar Seni Lukis Untuk Pemuda

Selain sebagai ajang untuk menjajakan lukisan, PSLI kali ini juga berperan sebagai media edukasi bagi para beginners yang tertarik mendalami seni lukis.

Workshop diadakan pada tanggal 6-8 Oktober 2015 dengan narasumber Wiyu Wahono, Erica Hestu Wahyudi, dan Kuss Indarto. Talkshow diadakan pada tanggal 8 Oktober 2015 dengan narasumber I Gusti Nengah Nurata dan Koeboe Sarawan. Terakhir, seminar diadakan pada tanggal 9 Oktober 2015 dengan narasumber Aminudin Th Siregar, M. Dwi Mirianto, dan Wicaksono Adi.

Baca Juga : Festival Foto Surabaya - Menggugah Kepedulian Melalui Lensa


Saran Untuk Pasar Seni Lukis Ke Depannya

Kalau ada yang kurang dari penyelenggaraan PSLI kali ini, menurut saya adalah  woro-woronya. Saya mengetahui acara ini dari sebuah poster kecil yang dipasang di majalah dinding/papan pengumuman Balai Pemuda. Beruntung banyak hal-hal kebetulan yang membuat informasi tentang PSLI ini sampai ke saya. Kebetulan saat itu saya sedang main ke acara Book Fair di Balai Pemuda dan kebetulan saya iseng baca majalah dinding/papan pengumuman.

Seperti biasanya, saya mengandalkan kesaktian internet untuk menggali lebih lanjut tentang PSLI ini. Tapi saya kesulitan mendapatkan informasinya. Saya merasa ada yang salah dengan tim promosi PSLI ini. Saya mencari akun sosial media official PSLI, tapi saya tidak bisa menemukannya. Saya mencoba membuka Twitter @eventsurabaya tapi tidak ada tweet yang berhubungan dengan event ini.

Akhirnya saya mendapatkan sedikit informasi tentang PSLI dari akun twiter @jxinternational. Saya juga merasa tidak mendengar sedikit pun informasi tentang PSLI di radio lokal favorit saya. Saya juga tidak mendapati satu banner pun tentang event ini di jalanan. Saya merasa sangat sayang sekali. Kalau saja promosi lebih digiatkan, kemungkinan PSLI lebih ramai dikunjungi warga Surabaya. Kalaupun sebagian warga yang berkunjung tidak membeli lukisan, tapi paling tidak mereka berkesempatan mengapresiasi karya-karya para master ini.


Akhir Kata Untuk Pasar Seni Lukis Indonesia

Saya pribadi mendapatkan pengalaman dan 'penyegaran' saat mengunjungi pasar keren ini. Memang sih saya tidak membawa pulang satu lukisan pun dari pasar ini karena saya tidak punya uang jajan yang cukup banyak. Saya cukup puas bisa membawa pulang banyak foto kenangan dan pengalaman menyenangkan di sini. Harapan saya semoga Pasar Seni Lukis Indonesia tahun depam diselenggarakan lagi di Surabaya sehingga saya bisa main lagi ke sini.





Amidah Budi Utami

Amidah Budi Utami adalah seorang perempuan yang bekerja di bidang IT dan menyukai seni, sastra, fotografi, dan jalan-jalan.

Profil Selengkapnya >>

Liputan Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Stigma dan Tradisi: Menikah - Antara Tuntunan Agama dan Tuntutan Masyarakat


Vampire Flower 1


Gili Labak - Surga Tersembunyi Di Pulau Garam


Present Perfect: Seandainya Waktu Dapat Diputar Kembali


Bicara Tentang Orizuka - Menulis Adalah Passion, Bukan Occupation


Ajibnya Bubur Kacang Hijau Ciliwung


my Kopi-O! Salah Satu Spot Nongkrong dan Ngobrol Asyik


Twist and Shout (Part 3-Final)


Epik High's Happen Ending - Cinta dan Hubungan Antarmanusia


Literasi Oktober: GRI Regional Surabaya - Menimbang Buku dalam Resensi


Jalan Setail di Malam Ini


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Kedua)