We Were Liars - Kita, Para Pembohong yang Lihai
01 Nov 2016 View : 1079 By : Niratisaya
Ditulis oleh | E. Lockhart |
Diterbitkan oleh | Gramedia |
Disunting oleh | Nina Andiana |
Desain sampul oleh | Martin Dima |
Diterbitkan pada | April 2016 |
Genre | fiction, young adult, romance, suspense, drama |
Jumlah halaman | 296 |
Harga |
IDR68.000,00 |
Koleksi | Perpustakaan Pribadi |
Keluarga yang menawan dan disegani.
Pulau pribadi.
Gadis cerdas yang risau; pemuda politis yang penuh semangat.
Empat sahabat—Para Pembohong—dengan pertemanan yang kemudian menjadi destruktif.
Kecelakaan. Rahasia.
Kebohongan demi kebohongan.
Cinta sejati.
Kebenaran.
Para Pembohong merupakan novel suspense modern karya E. Lockhart, finalis National Book Award dan penerima Printz Award. Bacalah.
Dan jika ada yang bertanya bagaimana akhir cerita ini, JANGAN BERITAHUKAN.
Hal pertama yang membuat saya tertarik kepada novel We Were Liars adalah judul dan blurb di sampul belakang buku. Begitu membaca keduanya, dalam benak saya sontak terbayang berbagai drama ala drama seri Korea. Bersemangatlah saya untuk membaca buku ini. Dan... ketika membaca novel ini, semua imajinasi dan bayangan saya diporakporandakan oleh E. Lockheart.
We Were Liars: Mengintip Rahasia Para Pembohong
We Were Liars menceritakan kehidupan keluarga Sinclair yang sempurna dan mereka yang terlibat dengan keluarga tersebut dari kacamata Cadence Sinclair, cucu pertama di keluarga Sinclair.
Dengan nada pahit, Cady—begitu dia dipanggil—menceritakan kesempurnaan keluarganya, yang memiliki sebuah pulau dan setiap musim panas menghabiskan waktu bersama. Namun, satu musim panas mengubah segalanya dalam kehidupan keluarga Sinclair.
Semua insiden dalam keluarga Sinclair dimulai dari pertemuan Cady dengan Gat, seorang pemuda berdarah India, keponakan dari suami salah satu bibinya. Gadis itu kemudian mulai jatuh cinta pada pemuda itu.
Cady begitu tergila-gila kepada Gat yang dianggap sang kakek sebagai ancaman. Pasalnya, Artebianz, keluarga Sinclair terkenal dengan kesempurnaannya.
Seluruh anggota Sinclair bertubuh atletis, tinggi, dan cantik serta tampan.... Senyum kami lebar, dagu kami persegi.... (hal.13)
Kehadiran Gat yang sama sekali tidak mencerminkan kesempurnaan Amerika, sontak menimbulkan kejanggalan. Sekaligus menjadi sebuah daya tarik yang memberi kesan segar dalam keseharian para Sinclair muda (Cady, Johnny, dan Mirren). Perlahan, keberadaan Gat mengubah kepribadian para cucu keluarga Sinclair. Mereka menjadi sosok yang berbeda dari sosok keluarga Sinclair selama ini.
Bersama Johnny dan Mirren, dua orang sepupunya, Cady dan Gat sering terlibat dalam masalah. Mulai dari masalah-masalah kecil hingga besar, yang membuat Cady harus dirawat selama berbulan-bulan dan mengalami selective amnesia; dia tidak bisa mengingat apa yang membuatnya dirumahsakitkan.
Satu per satu detail dalam kehidupan Cady yang semula stabil dan aman pun mulai berubah. Kedua orangtuanya yang dulunya tampak saling mencintai, kemudian bercerai. Ibunya yang dulu bisa dengan bangga mengangkat kepala, kerap terlihat nggak mampu lagi membusungkan dada. Lalu, Johnny dan Mirren nggak lagi mau menerima telepon Cady atau menghubunginya.
Merasa ada yang disembunyikan darinya, Cady pun bertekad pergi ke Beechwood musim panas berikutnya. Dia siap menerima pertanyaan-pertanyaan aneh dari para sepupunya mengenai penyakitnya, yang membuatnya kerap dilanda sakit kepala. Dia juga siap menerima sikap dingin Johnny, Mirren, bahkan Gat.
Namun, apakah Cady siap menerima kenyataan yang menunggu agar dia urai?
Bagaimana nasib gang yang dijuluki sebagai "Para Pembohong" (hal. 19)?
Baca juga: Girls in the Dark
We Were Liars: Kerutan dan Kernyitan Saya
We Were Liars: All in All
Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.
Profil Selengkapnya >>