Delirium, Sebuah Pengintaian Betina
10 Oct 2017 View : 3146 By : Achmad Hidayat Alsair
Delirium
Kuterbangkan peluhku menjauhi terik
dia ditangkap, menguap tanpa perlawanan
Bertolak tanpa busana untuk membeli akal sehat
dari pabrik kegilaan bernama ibukota
Lidah terlalu kelu, hasil ritual kelaparan
memanggil-manggil juru masak dalam bahasa kaum pertama
Mitos sarang asal bunyi desis dan klakson
termanis setelah menghafal nama obat penenang
Menjadi tawanan yang dilarang buang air
setelah karat rantai kukatakan sebagai tinja matahari
(Makassar, Oktober 2016)
Sebuah Pengintaian
Melihat potretmu berkali-kali, segurat senyum bertaut di dua sisi pipi tirus
sebagian garis bibir telah larung, lihai tenggelam, asin dan abadi
Aku lelaki tanpa nyali. berdiri gentar ditantang parasmu
engkau terlalu nyala, bara hitam dari kornea
Aku mengintai dari ribuan hasta, maka mohon tetaplah semayam di saku celana
doa dan mata-mata mungkin belum terbayar
(Kaluppini, Agustus 2016)
Kepada Betina
Kuingin kumis liarmu itu jadi alibi dari setiap rencana tindak gegabah
Hilang niat mencegah pertengkaran justru lebih hati-hati rumuskan gurau
Ada permainan mencakar sebelum menuju ritual perkawinan tanpa cinta
Nah, siapa yang paling sering terjaga? Katamu “Mungkin aku, yang setia menunggumu pulang”
(Kaluppini, Juli 2016)
Achmad Hidayat Alsair seorang mahasiswa tingkat akhir di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Hasanuddin Makassar.
Profil Selengkapnya >>