Kamu yang mengaku foodie dan generasi "cabe-cabean", jangan lewatkan mi level-level ala Mie Sexy dengan ranjaunya yang siap meledakkan bibir kamu. Ready to take the challenge, Artebian?
Di setiap kesempatan dan kota yang saya kunjungi, saya berusaha untuk menikmati soto begitu menemukan satu warung dengan tulisan “soto”. Mulai dari soto ayam di Surabaya, soto khas Kudus, sampai soto khas Lamongan di Jombang. Saya selalu menemukan keajaiban dalam semangkuk soto yang membuat saya yakin bahwa saya pasti bisa menikmatinya.
Bakso Hitam Surabaya adalah salah satu 'terobosan' baru dalam dunia perbaksoan. Pentolnya berwarna hitam pekat berisi cokelat, keju, dan pedes (cok judes) yang bisa dipilih sesuai selera. Selain itu, ada cerita kelam di balik kesuksesan si Bakso Hitam.
Nggak ada yang lebih menyebalkan dari harus dinas pagi atau harus pergi ke tempat yang nggak kita kenal. Dan beberapa hari lalu saya mengalami dua hal ini, Artebianz. Simak pengalaman yang membuat minggu pertama saya di bulan Maret ini "lengkap".
Jogjakarta. Banyak hal yang terlintas di benak saya ketika nama salah satu kota istimewa di Indonesia itu muncul. Tapi sayang, dadu yang saya lempar di kehidupan belum berhenti di petak “kartu kesempatan”. Sampai satu hari, saya melintas di Jalan Adityawarman dan menemukan salah satu dimensi Kota Jogjakarta yang ‘terlempar’ ke Surabaya. Dimensi itu bernama Bakmi dan Sate Klathak “Djogdja”.
Dua tahun belakangan saya tertular penyakit dari Korea Selatan. Selain drama dan musik, tentunya. Semuanya gara-gara satu drama berjudul Let’s Eat! yang dibintangi Yoon Do Joon dan Lee Seo Kyung. Sejak itu, saya tertantang untuk menemukan pojangmacha—istilah warung-warung yang berjualan menggunakan tenda di pinggir jalan—ala di Surabaya.
Menyambung petualangan Tim Artebia di Siola beberapa waktu yang lalu, di artikel kali ini saya akan membahas mengenai rumah makan yang mengambil salah satu sudut di gedung yang dulunya bernama Whiteaway Laidlaw ini.