Banyu Anjlok - Pantai Bolu-Bolu - Keletekan: Sekali Dayung Dua Tiga Pulau Terlampaui
29 Mar 2015 View : 31736 By : Nadia Sabila
Banyu Anjlok merupakan objek wisata air terjun di pinggir pantai yang terletak di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Banyu Anjlok ini adalah objek wisata yang baru marak dijelajahi turis lokal sekitar akhir tahun 2014, sebelumnya, nama Banyu Anjlok belum terkenal. Malang bagian selatan seolah tak habis-habis menunjukkan pantai-pantai memesona. Untuk menuju ke Banyu Anjlok, Artebianz harus menggunakan perahu mesin yang bertolak dari Pantai Lenggoksono. Dari Lenggoksono inilah, nantinya Artebianz akan disuguhi spot-spot air--termasuk Banyu Anjlok--serta spot untuk ber-snorkeling ria yang tak akan berhenti membuat mulut berdecak kagum.
photo Pantai Bolu-Bolu by Artebia
Menuju Pantai Lenggoksono
Pantai Lenggoksono (Dampit) "sebetulnya" berjarak dua jam saja dari Malang Kota jika ditempuh dengan mobil kecepatan normal. Mengapa saya katakan "sebetulnya"? Karena perjalanan saya dan rombongan menuju Lenggoksono ini justru lebih dari tiga jam. Bukan karena macet atau gangguan teknis semacam itu, melainkan karena kami kurang jeli membaca Google Maps dari ponsel pintar kami.
Saya dan 8 orang teman saya, belum ada yang pernah ke Pantai Lenggoksono sebelumnya. Sehingga, begitu sampai di daerah Dampit, Google Maps menjadi satu-satunya petunjuk selain "oral maps" alias bertanya pada penduduk sekitar. Pun, Google Maps terkadang menunjukkan jalan yang terdekat dengan tujuan tanpa ia tahu, bahwa medan jalan tersebut sangat menyusahkan. Aih, aih, jadi menyalahkan Google Maps nih, padahal salah sendiri tidak bisa baca peta ... hehehe!
Peta Lenggoksono-Banyu Anjlok-Bolu-Bolu
Setelah mendaki gunung, jalan berliku, jurang, dan jalanan terjal, kami pun sampai dengan selamat di Pantai Lenggoksono, yang berada di bawah bukit. Mungkin karena saat itu Hari Minggu dan sudah hampir siang, situasi pantai Lenggoksono sudah ramai. Well, objek wisata ini sudah bukan rahasia lagi rupanya.
Biaya Penyeberangan Dari Pantai Lenggoksono
Pantai Lenggoksono ini sepertinya sudah mendapat pengelolaan oleh warga sekitar. Harga karcis masuk pantai Lenggoksono adalah 5ribu rupiah per orang. Di dekat pelataran parkir mobil, ada spanduk besar yang bertuliskan bahwa "sewa perahu ditetapkan seharga 50ribu rupiah per kepala". Sementara sewa alat snorkeling dikenai harga 25ribu rupiah per orang.
Menyeberang dari Lenggoksono
Satu perahu bisa memuat maksimal 10 orang dan ternyata biaya sewa perahu 50ribu per orang tersebut sudah termasuk fasilitas life jacket. Perlengkapan snorkeling-nya sendiri hanya berupa google, tanpa fin (kaki katak). Namun, baik google maupun life jacket-nya, kondisinya masih sangat nyaman dipakai karena sepertinya masih baru dan belum sering digunakan. Meski demikian, jika Artebianz memang sering snorkeling, lebih baik membeli alatnya sendiri, karena selain lebih hemat juga agar lebih higienis.
Kletekan: The diving spot
Begitu perahu bertolak dari pantai, spot pertama yang akan kami kunjungi rencananya adalah Banyu Anjlok. Tetapi karena siang hari itu sedang pasang, nelayan belum berani membawa kami ke sana. Lagi pula, daratan Banyu Anjlok masih tenggelam di air, sehingga air terjun langsung lepas ke laut. Akhirnya perahupun dipacu ke sebuah lokasi yang disebut dengan Kletekan.
Setelah berlayar tak sampai 10 menit dari Pantai Lenggoksono, nelayan pun menghentikan perahunya dan mempersilakan kami untuk mulai ber-snorkeling. Yeaay! Satu per satu kami pun menceburkan diri ke air laut biru tua yang terasa sejuk dan menyegarkan. Hup! Saya pun tak ragu menenggelamkan kepala, menyisir pemandangan bawah laut Kletekan.
Lompat dari Batu Karang Keletekan (Photo by: Widhya; Model: Melani)
Kondisi di bawah laut sedikit buram karena lumpur bawah laut yang naik akibat hujan, tetapi terumbu karang masih bisa dilihat. Ikan-ikan warna-warni berenang-renang. Spot Kletekan ini kedalamannya sekitar 4-7 meter. Semakin kita ke tepi, yakni ke tumpukan batu-batu karang besar dan tinggi, air semakin menghijau dan bening. Di sisi batu karang menempel puluhan siput laut.
Batu Karang Keletekan (Photo by: Widhya; Model: Melani)
Beberapa teman saya bahkan mencoba melakukan lompatan dari batu karang tersebut. Tinggi batu karang ke permukaan air kurang lebih sekitar dua meter. Byuur! Melompat ala bocah-bocah petualang sepertinya memang seru. Ada pula semacam gua batu kecil yang di atasnya ditumbuhi semak-semak lebat. Secara keseluruhan, pemandangan terumbu karangan di Keletekan ini cukup bagus, namun tak sebagus terumbu karang di Gili Labak ataupun Pulau Menjangan.
Pantai Bolu-Bolu
Lepas dari Kletekan, nelayan pun mengajak kami ke spot berikutnya yakni ke Pantai Bolu-Bolu. Pantai yang berjarak 3 menit dari Kletekan ini sudah cukup ramai. Garis Pantai Bolu-Bolu ini pendek saja. Selain itu jika pasang tinggi, pantai ini sepertinya akan hilang tergenang air laut. Menurut saya, kondisi dan pemandangan di Pantai Bolu-Bolu ini hampir mirip sekali dengan Teluk Hijau Banyuwangi.
Perbedaannya, warna pasir pantai Bolu-Bolu sedikit lebih gelap dan tekstur pasirnya lebih empuk dan lembut. Namun suasana kanan kiri dan belakang pantai yang berupa semak-semak dan hutan, hampir tak berbeda dengan Teluk Hijau. Tak banyak yang bisa dilakukan di Bolu-Bolu ini kecuali berfoto di atas batu-batu karang dan bermain air.
Banyu Anjlok
Inilah tujun utama kami. Beruntung, setelah kurang lebih satu jam di Bolu-Bolu, akhirnya pasang yang tadinya menggenangi Banyu Anjlok sudah surut, dan spot tersebut bisa dikunjungi. Meskipun sudah ramai orang di sana, pesona Banyu Anjlok tetap tak berkurang. Tak seperti Banyu Tibo yang tidak bisa dituruni dan hanya bisa dinikmati dari atas, Banyu Anjlok ini bisa didaki dengan menggunakan tambang yang telah tersedia, selain pengunjung sendiri memang telah berada di bagian bawah air terjun.
Banyu Anjlok
Air deras terjun bebas dari bukit semak sekitar 4 meter di atas laut. Kami tak tahan untuk tak mandi dan merasakan "pijatan" air yang menjatuhi tubuh kami. Air tersebut dingin sangat sejuk. Kotoran dan segala kelelahan seolah ikut luruh dengan membasahi diri di air terjun Banyu Anjlok sepeti anak kecil kegirangan bermain hujan.
Lepaskan Stres Di Balik "Tirai Air Terjun"
Artebianz bisa juga mencoba "stress releasing teraphy" di Banyu Anjlok ini. Istilah ini saya buat sendiri ya Artebianz, hehehe. Caranya, cobalah untuk menembus jatuhan air dan berdiam sejenak di balik air terjun yang mengalir deras. Memang akan sangat dingin dan terpaan anginnya pun cukup kencang, namun Artebianz harus mencoba tenang dan merasakan kesejukan yang ada. Rasakan sensasi menenangkan dibalik air terjun, kalau perlu pejamkan mata sejenak. Tak ada suara apa pun selain hunjaman air terjun. Sungguh, bagi saya hal ini sangat menyenangkan dan menenangkan.
ilustrasi (photo by: andy-coleman.com)
Gua Rahasia Banyu Anjlok
Setelah puas bermeditasi dibalik air terjun, saya dan beberapa teman mencoba menjelajah gua sempit di sisi kanan air terjun yang juga tertutup curahan air. Kami menembus curahan air yang bagi tirai itu dan memasuki gua. Bias cahaya matahari yang terpantul pada tempias air menimbulkan efek pelangi yang sangat indah. Sayangnya, tak satu pun dari kami yang membawa kamera ke gua ini.
ilustrasi (photo by: cornucopia3d.com)
Kondisi gua agak gelap dan satu-satunya cahaya hanyalah dari sinar matahari yang menelusup dari atas batu gua. Semakin ke dalam, semakin menyempit dan semakin gelap, akhirnya setelah beberapa meter, kami memutuskan untuk kembali keluar saja. Satu lagi Artebianz, boleh percaya boleh tidak, menurut bapak nelayan, jika kita meminum air di gua ini, kita bisa cepat mendapat jodoh dan sembuh dari penyakit. Kesempatan ini, menurut Pak Nelayan lagi, hanya berlaku untuk pendatang, dan tidak berlaku untuk nelayan dan penduduk sekitar. Waahh!
Toilet Hanya Dua
Setelah puas menjelajah, kami pun berlayar kembali ke pantai Lenggoksono sekitar pukul 3 sore. Maksud hati ingin bilas dan mandi bersih, apa daya toilet di sana hanya ada dua dan semuanya penuh dan antrian panjang! Dengan pakaian yang masih agak lembab, kami pun masuk mobil dan memutuskan untuk mencari toilet di SPBU terdekat. Sayangnya, toilet di SPBU terdekat yang terletak 45 menit dari Lenggoksono, airnya tak mengalir. Apa boleh buat, kami harus mencari tempat lain dan akhirnya menemukan masjid besar Dampit yang toiletnya sangat bagus dan airnya lancar dan bersih. Kamipun bilas di sana setelah itu sholat Ashar dan menunggu sebentar hingga Maghrib.
Itulah pengalaman saya dan teman-teman menjelajahi Banyu Anjlok Malang Selatan. Artebianz, tertarik?
Tempat wisata asyik lainnya:
- Piknik Asyik Bersama Keluarga Di Pantai Teleng Ria
- Pantai Karanggongso - Pantai Jernih Berpasir Putih Di Teluk Prigi
- Wana Wisata Sumberboto – Keindahan Alam yang Masih Dipandang Sebelah Mata
- Taman Nasional Baluran - Afrika-nya Indonesia
- Gedung De Javasche Bank Surabaya - Saksi Sejarah Panjang Perbankan Indonesia
- Gili Labak - Surga Tersembunyi Di Pulau Garam
- Dieng: Sebentuk Nirwana di Indonesia - Edisi Setyaki dan Pesona Alam Dieng
- Dieng: Sebentuk Nirwana di Indonesia - Edisi Kompleks Candi Arjuna
- Gapura Wringin Lawang, Mojokerto: Gerbang dari Masa Kini ke Masa Lalu
- Jejak Kaki Artebia: Menyusuri Sejarah Surabaya Edisi Siola
- Pulau Menjangan: Candu Pesona Bawah Laut
- House Of Sampoerna: Sebuah Album Kenangan Kota Surabaya
- Peneleh Daerah Penuh Pesona dan Sejarah: Rumah HOS Tjokroaminoto
- Kawah Ijen Banyuwangi (Kawah Ijen Part 2)
- Peneleh, Daerah Penuh Pesona dan Sejarah: Peneleh Gang VII
- Pantai Pasir Putih Situbondo (Kawah Ijen Part 1)
- Teluk Hijau Banyuwangi
- Pantai Pelang
- Pantai Konang: Pesona Di Balik Gunung Trenggalek
- Jelajah Pantai Pacitan: Pantai Banyu Tibo
- Jelajah Pantai Pacitan: Pantai Watu Karung
- Jelajah Pantai Pacitan: Pantai Klayar
Nadia Sabila adalah seorang jurnalis yang menggandrungi travelling dan makanan pedas.
Profil Selengkapnya >>