Memahami Esensi Bersyukur dalam Tuhan, Maaf, Kami Belum Bersyukur

14 Apr 2017    View : 3832    By : Toni Al-Munawwar


Ditulis oleh  :  Irja Nasrullah
Diterbitkan oleh :  Mizania
Diterbitkan pada :  Februari, 2016
Jumlah halaman :  212
Harga :  Rp59.000
ISBN :  978-602-418-003-4
Koleksi :  Perpustakaan Pribadi

 

Tuhan, maafkan kami. Jangankan mengucap zikir dan syukur, lisan ini malah sering kami gunakan untuk berghibah, fitnah, dusta, bahkan adu domba. Maafkan kami bila mata ini jarang sekali membaca Al-Quran. Jangankan pergi shalat berjamaah atau ke majelis ilmu, berdiri sesaat untuk shalat di rumah pun sudah terasa amat berat dan membebani.

Tuhan, maafkan kami. Biaya hidup kami amatlah banyak. Hingga kami merasa tak ada yang tersisa untuk kami berikan kepada kaum lemah dan dhuafa. Alih-alih berbagi menolong sesama, nikmat-Mu malah kami habiskan untuk memenuhi gaya hidup kami yang boros dan foya-foya.

 

Membaca judul buku ini saja mungkin sudah mengusik hati banyak orang. Pun membuat penasaran.

Sejatinya, bersyukur memang diperintahkan oleh Allah swt. Tetapi, dalam pelaksanaannya, masih banyak orang yang lupa bahkan juga enggan untuk bersyukur. Jika dipikir lebih jernih, apa yang sudah kita miliki saat ini merupakan anugerah dari Allah swt. Anehnya, manusia selalu merasa bahwa hal itu merupakan hasil dari keringatnya sendiri. Hal inilah yang mungkin tanpa sadar menyebabkan seseorang menjadi kufur nikmat.

Tuhan, Maaf, Kami Belum Bersyukur adalah suatu sentilan yang begitu menampar bagi banyak orang. Pasalnya, masih banyak orang yang belum pandai bersyukur. Juga mengerti akan pentingnya bersyukur guna dapat melihat segala keindahan yang ada.

Menurut Irja Nasrullah, banyak keajaiban yang ditemukan dalam tubuh. Seperti kulit yang diciptakan sebagai alat perasa yang sempurna. Juga ada otak yang tidak kalah canggihnya. Ia menjadi pengendali setiap gerak-gerik tubuh. Bejuta-juta bahkan bermiliar-miliar rangsangan dari luar mampu diuraikan di dalam otak dengan selaras, lalu diperiksa satu per satu dan dinilai. Akhirnya, otak memberikan tanggapan kepada setiap sumber rangsangan. Dengan itu manusia bisa melihat, mendengar, merasakan, dan sebagainya (hal 22).

Apa yang terjadi bila otak manusia itu rusak?

Tentu, manusia akan mati. Sebab, otak merupakan alat yang mengendalikan setiap aktivitas kita. Bersyukurlah karena itu tidak terjadi. Buku ini begitu luar biasa, memaparkan banyak hal tentang arti penting bersyukur.

Jika mata ini buta, tentu segala keindahan yang terpampang luas tak dapat lagi dinikmati. Hanyalah kegelapan yang menjadi kawan karib kita.

Memahami kesempurnaan desain ciptaan Allah di alam semesta serta kesempurnaan desain penciptaan diri sendiri akan menambah keimanan dan rasa syukur kepada-Nya (hal. 24).

Pada hakikatnya, hanya Allah yang berhak menerima pujian dan rasa syukur. Segala kesempurnaan dan kehebatan manusia bersumber dari-Nya. Dia telah menganugerahkan kekuatan dan kesempatan kepada hamba-hamba-Nya untuk hidup sukses. Tanpa restu-Nya, manusia tak akan berdaya melakukan apapun (hal. 37).

Manusia tak pantas untuk menerima pujian tersebut. Sebab, segala yang kita miliki adalah kasih sayang-Nya. Jika itu diambil, maka manusia hanya akan menjadi makhluk yang tiada berguna. Karena semuanya telah lenyap dari tubuhnya.

tuhan, maaf, kami belum bersyukur

Baca juga: Kuntum-Kuntum Surga - Para Wanita Mulia

 

Buku ini cocok sebagai teman bacaan. Agar kita dapat memahami esensi bersyukur yang sesungguhnya. Sehingga dapat menjadi pribadi yang dicintai-Nya. Pun, dengan itu akan semakin menambah keimanan manusia. Jua dapat merasakan segala keindahan yang begitu dekat tetapi tak pernah disadari.


Tag :


Toni Al-Munawwar

Toni Al-Munawwar merupakan nama pena dari Sultoni Solikhon, lulusan terbaik MA. Nasy'atul Khair.

Profil Selengkapnya >>

Review Buku Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Ayah Dan Hari Ayah


Edwin Ruser dan KoreanUpdates - Menghidupkan Mimpi Lewat Passion


Supernova Akar


Hormones The Series Season 1: Realita Remaja Saat Ini (Part 1)


Nash - Ya Rabbana Anta Maulana


Kober Mie Setan, Gresik Kota Baru


my Kopi-O! Salah Satu Spot Nongkrong dan Ngobrol Asyik


Jelajah Pantai Pacitan: Pantai Banyu Tibo


Literasi Desember: Literaturia, Budaya Berpikir Kritis, dan Literasi Media (Bag. 2)


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Lima)


Angel's Smile


Segaris Pandang