The Grand Budapest Hotel - Mereka Yang Layak Disebut "The Best Partners In Crime"

06 Apr 2015    View : 10593    By : Amidah Budi Utami


The Grand Budapest Hotel adalah sebuah film bergenre drama-comedy. Namun di balik segala kekonyolan para tokoh dan jalan cerita, saya melihat banyak pesan yang disampaikan di film ini. Nilai tambah lainnya adalah penggarapan yang serius pada setiap detail film. Sebuah film bisa jadi memiliki tema dan jalan cerita biasa dan sederhana, namun jika digarap dengan serius maka akan tampak cemerlang.

Saya tidak heran jika The Grand Budapest Hotel berhasil memenangkan 4 penghargaan pada malam Penganugrahan Piala Oscar ke-87 pada bulan Februari lalu. The Grand Budapest Hotel memenangkan kategori Best Original Soundtrack, Best Costume Design, Best Make-up & Hairstyle, serta Production Design. Baiklah Artebianz, langsung saja saya kupas tuntas film ini.

 

Baca juga: Filosofi Kopi - Bukan Sekedar Adaptasi Dari Cerita Pendek

 

 

Sinopsis The Grand Budapest Hotel

Cerita dimulai dari sebuah pertanyaan: "Bagaimana Mr. Moustafa membeli The Grand Budapest Hotel, kuil tua yang mempesona?"

Pada tahun 1932 Zero Moustafa muda (diperankan oleh Tony Revolori) bekerja di hotel paling terkenal di Zubrowka yaitu The Grand Budapest Hotel. Saat itu Mr. Gustave H (diperankan oleh Ralph Fiennes) bekerja sebagai manajer hotel. Dimulai dari wawancara singkat mengenai pengalaman, pendidikan, dan keluarga Zero yang semuanya menghasilkan kesimpulan nol (pengalaman nol, pendidikan nol, dan tidak punya anggota keluarga). Akhirnya Mr. Gustave H mengangkat Zero sebagai murid didiknya. Mr. Gustave H kemudian menjadikan Zero sebagai orang kepercayaannya.

Mr. Gustave memiliki kebiasaan berkencan dengan para tamu-tamu hotel. Mereka adalah para wanita tua yang kaya raya. Salah satu tamu yang spesial adalah Madam Ceine Villeneuve Desgoffe und Texis atau sering dipanggil Madam D (diperankan oleh Tilda Swinton).

Pada suatu hari Zero dan Mr. Gustave mendengar kabar dari surat kabar harian bahwa Madam D ditemukan meninggal di rumahnya. Sesegera mungkin Mr. Gustave mengajak Zero mengunjungi Madam D di istananya. Di istana tersebut sedang dibacakan surat wasiat oleh Deputi Kovacs (diperankan oleh Jeff Goldblum). Dalam salah satu isi surat wasiat tersebut menyebutkan bahwa Mr. Gustave berhak atas sebuah lukisan berjudul "Boy with Apple" serta dibebaskan dari beban pajak.

boy with appleBoy with Apple

Seluruh keluarga Madam D, terutama Dmitri (Adrien Brody), putra Madam D menolak atas isi surat wasiat itu. Akhirnya Mr. Gustave memutuskan untuk mencuri lukisan Boy with Apple karena kawatir Dmitri akan menghalangi haknya atas lukisan tersebut.

dimitri dan joplingDmitri (kanan) putra Madam D dan Jopling (kiri) si pembunuh bayaran

Keesokan harinya, polisi datang ke The Grand Budapest untuk menangkap Mr. Gustave atas tuduhan pembunuhan terhadap Madam D. Tuduhan tersebut berhasil menjebloskan Mr. Gustave ke dalam penjara. Namun sesungguhnya ada satu orang saksi mata kunci atas pembunuhan terhadap Madam D, yaitu kepala pembantu Madam D bernama Serge X (diperankan oleh Methieu Amalric). Ketika itu Serge X melarikan diri karena merasa nyawanya terancam. Bagaimanapun, Mr. Gustave harus menemukan Serge X untuk membersihkan dirinya dari tuduhan pembunuhan yang tidak berdasar.

Atas bantuan dan kekompakkan para sesama narapidana juga karena kejeniusan Agatha (diperankan oleh Saoirae Ronan) dalam membuat kue Mendl's, Mr. Gustave berhasil melarikan diri dari penjara namun tetap saja statusnya saat itu buronan polisi.

Cerita menjadi semakin rumit.

sinopsis the grand budapest hotel
Serge X, hilang
Deputi Kovacs, juga hilang
Madam D, mati
Boy With Apple dicuri, oleh kita (Mr. Gustave dan Zero)
Dmitri dan Jopling kejam, biadab, berdarah dingin.
Mr. Gustave H menjadi buronan.
Dan Apa lagi? Zero jadi bingung.
Benar sekali! Zero jadi bingung!

Baca juga: Maleficent - Dekonstruksi Cinta Sejati dan Dongeng Putri Tidur

 

 

Para Tokoh The Grand Budapest Hotel


1. Mr. Gustave H

Mr. Gustave H adalah seorang yang puitis dan bernampilan nacis. Berdasarkan pengakuan Zero, Mr. Gustave adalah pria yang paling harum yang pernah dia temui. Aroma parfumnya, L'air de Panache, sudah tercium sejak dari kejauhan. Dia selalu memperlakukan tamu hotel dan karyawan hotel dengan ramah dan santun.

Mr. Gustav memiliki nada bicara yang berwibawa, terutama saat mengucap "Very Good". Mr. Gustav senantiasa akan memberikan rayuan gombal dan pelayanan ekstra untuk para tamu wanita yang tua dan kaya raya. Namun, tidak seorang pun tahu dari mana Mr. Gustave berasal. Dia tidak terlihat memiliki anggota keluarga.

2.  Zero Mustaufa

Zero Moustafa adalah seorang imigran gelap dari sebuah tempat entah berantah bernama Aq Salim Al-Jabat. Zero Bekerja sebagai lobby boy di The Grand Budapest Hotel. Zero bekerja enam hari dalam seminggu ditambah setengah hari pada hari minggu.

Dia bekerja mulai jam 5 subuh hingga lewat tengah malam. Zero dianugrahi wajah polos dan selalu tampak gugup saat bicara dengan orang lain, membuat saya sulit untuk melupakan karakternya. Namun sebagai seorang imigran gelap yang lolos dari perang juga lolos dari pemeriksaan polisi, saya mengakui Zero disertai nasib beruntung dan juga insting yang bagus. Terbukti Zero membantu Mr. Gustave untuk mengambil beberapa keputusan nekat, misalnya keputusan untuk mencuri lukisan "Boy with Apple" serta keputusan untuk mengejar Jopling yang sangat kejam yang tidak mungkin bisa mereka kalahkan.

3. Agatha

Agatha adalah seorang pembuat kue legendaris Mendl's, kue paling enak seantero Zubrowka. Zero jatuh cinta pada gadis lugu ini dan akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih. Agatha adalah seorang gadis bertubuh setipis papan, bertanda lahir yang sangat besar berbentuk Meksiko yang memenuhi separuh wajahnya, serta berkeringat selama berjam-jam di dapur yang panas dan terik. Namun, jika diperhatikan dengan saksama Agatha adalah gadis yang sangat cantik. Dia memiliki peran yang sangat penting dalam membantu misi Mr. Gustave dan Zero, terutama karena keahliannya membuat Mendl's yang superenak dan supercantik.

Agatha kekasih ZeroAgatha, kekasih Zero

Baca juga: The Imitation Game - Menginspirasi Banyak Orang Tentang Makna Perbedaan 

 

 

Detail Kecil Dalam The Grand Budapest Hotel Yang Kadang Lucu, Kadang Mengharukan, Kadang Penting Dan Kadang Tidak Penting

 

Siapakah Sesungguhnya Lobby boy?

Lobby boy itu selalu tidak terlihat, namun selalu di depan mata. Seorang lobby boy selalu ingat apa yang tidak disukai oleh orang lain. Seorang lobby boy mengetahui sebelumnya, apa yang dibutuhkan pelanggan sebelum kebutuhan mereka dibutuhkan. Terutama sekali lobby boy itu berhati-hati dalam berbuat kesalahan.

Lobby boy sering kali mengetahui rahasia terpendam para tamu, beberapa rahasia mengenai hal-hal yang kurang pantas, seorang lobby boy wajib menyimpannya sampai ke liang lahat. Jadi, lobby boy sesungguhnya profesi sangat penting walau kelihatannya tidak penting.

 

Dilema Seorang Imigran Gelap

Saya menyukai cara Anderson mengorek isu imigran gelap melalui mulut Mr. Gustave, yang lepas kendali karena merasa gagal mendidik Zero.

Mr Gustave:

"Kurasa ini adalah yang diharapkan di Aq Salim Al-Jabat (kampung halaman Zero) di mana barang berharga milik orang lain hanyalah sekedar tumpukan karpet kotor dan kambing yang kelaparan dan seorang yang tidur di balik tenda lipat dan bertahan hidup di dalam alam liar. Tapi bukan ini caraku untuk mendidikmu. Apa gerangan yang telah merasukimu untuk meninggalkan kampung halaman tempatmu berasal dan berkelana dalam jarak yang jauh hanya untuk menjadi imigran miskin dalam masyarakat yang berbudaya dan sempurna yang sesungguhnya, yang dalam keadaan baik-baik saja walaupun tanpa kehadiranmu?"

Zero (dengan wajahnya yang polos itu):

"Perang."
"Yah, Anda tahu, Ayahku dibunuh dan seluruh keluargaku dieksekusi oleh pasukan penembak. Desa kami pun telah dibumi-hanguskan sehingga yang berhasil selamat terpaksa melarikan diri. Aku meninggalkan kampung halamanku karena perang."

Zero Moustafa

Saya speechless dan hanya ingin memeluk Zero yang malang ini.

 

The Best Partners In Crime

Akhir-akhir ini saya sering melihat update foto di media sosial yang diunggah oleh beberapa teman saya yang memperlihatkan foto mereka bersama sahabat dan diberi judul "partner in crime". Pengertian partner in crime di sini adalah teman yang paling seru untuk diajak melakukan hal-hal yang konyol dan nekat.

Ketika menontong film ini saya langsung mengganjar Mr. Gustave dan Zero sebagai "best partner in crime". Hubungan Mr. Gustave dan Zero bukan sekadar hubungan manajer hotel dan lobby boy atau hubungan pengawas dan murid didiknya.

partners in crime

Mereka adalah saudara senasib. Mr. Gustave dan Zero sama-sama sebatang kara di dunia ini. Mereka tidak lagi memiliki keluarga. Mr. Gustav hanya memiliki Zero, dan Zero hanya memiliki Mr. Gustave.

Hemm... sebenarnya Zero masih memiliki Agatha juga, sih.

Zero tanpa ragu membantu Mr. Gustave yang menjadi buronan polisi atas tuduhan pembunuhan yang bukan menjadi tanggung jawabnya serta membantu mengungkap pembunuh Madam D sebenarnya. Sebuah misi yang melibatkan pihak kepolisian serta seorang penguasa kejam bernama Dmitri yang memiliki seorang pembunuh bayaran berdarah dingin, Jopling.

Mr. Gustav pun tanpa ragu melindungi status Zero sebagai imigran gelap saat polisi hendak menangkapnya. Saya terharu mendengar kata-kata Mr. Gustave.

take your hands off my lobby boy

"Take your hands off my lobby boy!"

Baca juga: Malam Minggu Miko Movie - Mockumentary Kegalauan Kaum Muda Indonesia

 

 

The Grand Budapest Hotel Berhasil Meraih Penghargaan Sebagai Best Original Sountrack, Best Costume Design, Best Makeup & Hairstyle, serta Best Production Design

Petualangan Mr. Gustave dan Zero memang sangat didukung oleh tim kreatif mereka. Tepuk tangan yang meriah untuk tim kreatif. Saya sangat mengapresiasi kerja keras dan kerja cerdas mereka. Segala hal paling kecil pun diperhatikan di film ini. Saya sangat menyukai seting tempat film ini. Sebuah kota yang selalu ditutup salju dan berlatar belakang pohon cemara. Saya juga menyukai properti-propertinya seperti kereta api klasik, kereta gantung, dan Mendl's.

Saya menyukai logat dan dialog Mr. Gustav dan Zero. Oh satu lagi, saya juga menyukai ritme berlari Mr. Gustav dan Zero serta musik yang mengiringinya sangat pas.

desain produksi di the grand budapest hotel

Kembali ke pertanyaan awal: Bagaimana ceritanya hingga akhirnya Zero Moustafa memiliki The Grand Budapest hotel?

Apakah Artebianz masih penasaran? Apakah saya harus membocorkannya di sini? Atau Artebianz sudah bisa menebaknya? Pentingkah? Tidak Pentingkah? Hem, sebaiknya Artebianz nonton sendiri petualangan Mr. Gustave dan Zero.

***


Judul : The Grand Budapest Hotel
Genre : Drama, Komedi
Sutradara : Wes Anderson
Produser : Wes Anderson, Scott Rudin, Steven Rales

 

 


Tag :


Amidah Budi Utami

Amidah Budi Utami adalah seorang perempuan yang bekerja di bidang IT dan menyukai seni, sastra, fotografi, dan jalan-jalan.

Profil Selengkapnya >>

Review Film Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Malaikat Tak Bersayap


Voici - Duo Multi Talenta Dari Surabaya


The Chronicles Of Audy 4/4


Teacher's Diary (Khid Thueng Withaya) (2014): Penghargaan Guru di Thailand


5 Lagu Indonesia Tahun 90-an Mengesankan Versi Artebia


Goyang Kaki Dan Goyang Lidah Di Lontong Kikil Bu Dahlia


Marathon Kafe Recommended Di Malang


Penelusuran dan Napak Tilas Reruntuhan Situs Candi Pendharmaan Ken Angrok di Kabupaten Malang (Bagian 1)


Literasi Oktober: GRI Regional Surabaya - Menimbang Buku dalam Resensi


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Empat)


Oma Lena - Part 4 (TAMAT)


MENGAPA?