5-ji Kara 9-ji Made - Apa Jadinya Kalau Biksu Jatuh Cinta Pada Guru?

05 Apr 2016    View : 10588    By : Niratisaya


Saya nggak ingat lagi kapan terakhir kali saya menggilai drama seri Negeri Sakura. Apalagi terkesan. Lebih sering saya menyukai versi layar lebarnya. Kalaupun menonton beberapa episode drama seri, saya hanya menonton beberapa episode (seven episodes top!), lalu beralih pada buku atau drama seri Korea Selatan yang segala merajai pertelevisian Indonesia—berbarengan dengan drama seri Turki. Walau yang terakhir ini lebih sering karena mendengar cerita dari keluarga.

Tapi kemudian, akhir tahun lalu saya kesandung drama seri 5-ji Kara 9-ji Made: Watashi ni Koishita Obōsan (5時 から 9時 まで: 私 に 恋した お坊さん), atau yang populer dengan judul From Five to Nine.

Drama Jepang ini dibintangi oleh Satomi Ishihara dan Tomohisa Yamashita. Jauh sebelum saya berkenalan dengan drama yang premier di Fuji TV ini, saya sempat membaca beberapa halaman ceritanya. 

Nggak, nggak, saya nggak berkesempatan membaca skenario 5-ji Kara 9-ji Made—jangankan membaca, mengenali hurufnya saja saya kesulitan…. Frown

Maksud saya, saya pernah membaca komik karya Miki Aihara yang merupakan adaptasi dari drama seri 5-ji Kara 9-ji Made. And truthfully, I was exasperated and unwilling to even finish the first manga (komik Jepang). Satu-satunya harapan saya untuk drama seri 5-Ji Kara 9-Ji Made adalah akting Satomi Ishihara yang membuat saya tertarik di serial Voice (sebuah drama medis, misteri, dan suspense) dan, tentu saja, di Attack on Titan

Bukannya saya meremehkan akting para aktor lainnya, tapi… saya sudah tahu bagaimana kualitas akting Satomi Ishihara. Perkara akting Yamashita Tomohisa, yang punya nickname Yamapi di antara para penggemarnya, saya hanya menonton satu dramanya: Nobuta o Produce. Dan cuma satu episode. Jadi, saya nggak punya ekspektasi yang terlalu muluk pada 5-ji Kara 9-ji Made.

Asal bisa melihat akting Ishihara-san lagi, hati ini tenteram. Terutama di tengah tontonan televisi Indonesia (sinetronnya, pilihan seri India, Turki, dan lain-lain yang terlalu panjang dan aneh) yang nggak bisa saya tonton—I’m unwilling to watch anything

Nah, bagaimana nasib ekspektasi saya setelah 5-ji Kara 9-ji Made berakhir? Dan seperti apa adaptasi drama ini?

Let’s continue to the next part~

 

 

5-ji Kara 9-ji Made: Cerita Awal Hingga Akhir

Seri ini berpusat pada kehidupan Sakuraba Junko (Ishihara Satomi), seorang guru kursus bahasa Inggris bernama ELA (English Language Academy), yang memiliki cita-cita bekerja dan tinggal di New York. Demi cita-citanya itu, Junko sampai memiliki beberapa piggy bank di rumahnya. Tapi, impiannya itu dijungkirbalikkan oleh kemunculan Hoshikawa Takane (Yamashita Tomohisa), biksu sebuah kuil Buddha, di kehidupan Junko.

Junko to New York

Takane dengan narsis berkata bahwa mereka sudah ditakdirkan bersama. Laki-laki itu bahkan sampai mendaftar ke tempat kursus bahasa Inggris dan dengan keras kepala berkata bahwa Junko dan dirinya harus menikah. Dia juga menjanjikan bulan (baca: New York) yang diimpikan oleh Junko.

Gawatnya, orangtua Junko (Toda Keiko dan Ueshima Ryuhei) dan adiknya (Nene, yang diperankan oleh Tsunematsu Yuri) jatuh hati pada Takane yang sopan dan polos.

Bencana Junko ini dimulai ketika dia menghadiri upacara pemakaman salah seorang tetangganya di kuil milik keluarga Takane. Upacara pemakaman itu dihadiri oleh banyak orang dan diisi oleh pembacaan sutra (kitab Buddha), sehingga berlangsung cukup lama. Walhasil, Junko yang harus duduk tegak di atas kedua kakinya pun merasa kesemutan. Ketika tiba gilirannya bangun dan memberi penghormatan pada almarhum tetangganya, Junko berjalan oleng dan tersandung oleh kakinya sendiri.

5-ji kara 9-ji made

Sialnya, dia menyenggol guci berisi abu almarhum tetangganya dan membuatnya melayang—sebelum kemudian berhamburan di atas kepala sang biksu.

And, that monk is Takane.

Takane

Awal perjumpaan Junko dan Takane memang nggak yang menyenangkan, seharusnya, ya. Tapi, di mata Takane lain. Dia mau saja menjalani perjodohan yang dibuat oleh salah satu tetua di kuil dengan orangtua Junko. Takane yang kaku dan konservatif akhirnya jatuh hati pada sosok Junko. Apalagi ketika di acara pertemuan calon pengantin, dia melihat sosok Junko yang apa adanya tersenyum pada dirinya. Sebuah reaksi yang jarang dijumpai oleh Takane di kuilnya yang penuh tata krama dan peraturan. Albeit the smile was because the Japan’s most famous crab dish, bukan karena kehadiran Takane sendiri Laughing

Takane to Sankyu"Orang yang pertama kali jatuh cinta akan kalah."
Gimana menurut Artebianz? 

Namun, kalau cinta sudah bicara, dunia sudah nggak punya suara, Artebianz.

5-ji kara 9-ji made"Selamat, kau terpilih menjadi istriku."
Kalau ada yang ngomong begini, reaksi kamu bagaimana, Artebianz? Laughing

Takane pun mulai menginvasi kehidupan Junko. Mulai dari tempat les hingga rumahnya. Sayangnya, selain sikap mandiri dan impian Junko, Takane punya halangan lain: mereka yang jatuh hati pada sosok ceria dan easy going Junko.

Yang pertama ada teman sekolah Junko, Mishima Satoshi (Furukawa Yuki). 

Mishima

Lalu, salah seorang murid Junko, Satonaka Yuki (Takada Hyoga).

Junko to Yuki-chan

Baca juga: Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Tujuh)

 

Keteguhan Takane yang terus membuktikan cintanya kepada Junko perlahan mulai meluluhkan hati perempuan itu. Walau harus dimulai dengan kejadian aneh seperti Takane yang “menculik” Junko dan membawanya ke kuil, dengan persetujuan keluarganya. Alasan Takane adalah dia belum pernah merasakan apa yang dirasakannya terhadap Junko, meski faktanya Takane punya daftar mantan kekasih lebih panjang dari Junko—yang hanya punya satu orang. Itu pun bertepuk sebelah tangan. Sebab, sebelum sempat menyatakan perasaannya, laki-laki yang dicintai oleh Junko terbang ke New York.

Takane to Junko"Why are you being kind to me?"
"Because I like you."

Nahas bagi Takane, baru saja putik cintanya dengan Junko muncul dan siap berkembang, laki-laki yang merebut hati Junko kembali. Laki-laki itu adalah Kiyomiya Makoto (Tanaka Kei) dan dia kembali sebagai manajer ELA. Beruntung bagi penonton drama ini, klise cinta segitiga ala drama asia nggak terjadi di seri ini, Artebianz.

Walau Makoto sebenarnya memiliki perasaan yang sama seperti Junko, tapi dia menyadari kehadiran Takane dan sempat membantunya ketika Junko dan Takane berselisih pendapat. Halangan justru terjadi di pihak Takane dalam wujud neneknya, Hoshikawa Hibari (Kaga Mariko). 

Hibari

Hibari nggak menyukai Junko yang dinilainya nggak akan bisa memahami kehidupan kuil dan betapa berat rutinitas harian mereka. Dengan alasan itu juga, Hibari memilihkan jodoh yang dinilai olehnya cocok untuk Takane: Ashigaka Kaori (Yoshimoto Miyu). Kaori bukan hanya besar dan paham dengan peraturan serta tradisi Jepang, dia juga tumbuh sesuai dengan karakter yamato nadeshiko, yaitu gambaran ideal wanita Jepang. Dia juga lembut dan penurut. Setidaknya itu yang diperlihatkan Kaori di luar.

Kaori

Kaori pada kenyataannya adalah seorang wanita yang keras kepala, terutama ketika dia sudah mengerti apa yang diinginkannya. Saat ini, dia menginginkan Takane yang keberadaannya sudah diterima oleh Junko.

Ancaman Junko dan Takane bukan hanya berasal dari Kaori. Kepulangan Hibari ke kuil memancing kedatangan Hoshikawa Amane, adik Takane, yang sejak kecil dititipkan di kuil yang ada di luar kota. Jenuh dengan kesendirian dan sikap pilih kasih neneknya, Amane memutuskan datang ke Tokyo dan merebut semua yang dimiliki oleh Takane: kuil dan Kaori. Amane juga berencana menghancurkan seluruh bangunan yang ada di kompleks kuil keluarganya, due to his personal revenge.

Amane

Incaran kedua Amane mungkin nggak terlalu merisaukan Takane, tapi tidak dengan target pertama Amane. Semenjak kecil, Takane dididik untuk menjadi pengganti almarhum ayahnya sebagai kepala kuil. Dan, kini dia harus dihadapkan pada pilihan sulit: hidup damai dengan Junko atau mempertahankan warisan orangtuanya—kuil keluarganya.

Takane

Takane dengan berat hati meninggalkan Junko, yang sudah bersedia meninggalkan kehidupan dan cita-citanya pergi ke New York demi menjadi istri seorang kepala biksu di kuil keluarganya. Namun, Takane tahu bahwa berat bagi Junko untuk meninggalkan kehidupan yang selama ini dijalaninya. Dia pun menerima perjodohannya dengan Kaori.

Junko

Patah hati, Junko akhirnya memilih untuk berkonsentrasi pada wawancara program pelatihan ELA, yang secara berkala mengirim tenaga pendidik di lembaganya ke New York untuk dilatih.

Makoto to Junko

Bagaimana kelanjutan cinta Takane dan Junko?

Apa mereka akan berpisah begitu saja setelah melalui berbagai rintangan?

Buat Artebianz yang penasaran, lahap habis sepuluh episode drama seri romance-comedy negeri Sakura ini! Biarpun sudah hampir setengah tahun sejak penayangannya, tapi saya yakin, 5-ji Kara 9-ji Made masih seru banget buat dinikmati.

Supaya nggak bingung dengan nama-nama tokoh drama ini, sebelum nonton, hayuk kenalan dulu dengan para tokoh 5-ji Kara 9-ji Made.

Baca juga: Menguak Luruh

 

 

5-ji Kara 9-ji Made: Para Tokoh Versus Kerutan Dan Kernyitan Saya

 

Keluarga Sakuraba:

Keluarga Sakuraba adalah keluarga ceria dan sedikit aneh, yang terdiri dari empat orang: Sakuraba Mitsuru sang ayah; Sakuraba Keiko sang ibu; Sakuraba Junko tokoh utama kita; dan Sakuraba Nene sang adik. 

Dinamika kehidupan keluarga Sakuraba nggak jauh berbeda dengan dinamika keluarga Jepang yang kita saksikan di drama seri kartun Doraemon atau Crayon Shinchan, di mana sang ibu menjadi “pusat kepemimpinan” dalam hierarki keluarga. Yang artinya, Keiko memegang kendali dalam keluarga Sakuraba, termasuk untuk kasus perjodohan Junko.

The Sakurabas

Namun, genre romance, comedy, dan drama dalam seri ini nggak membuat sosok Sakuraba Keiko yang diperankan oleh Toda Keiko muncul sebagai sosok tiran. Sebaliknya, dia tampil sebagai sosok ibu humoris, penyayang, dan kocak. Mungkin sedikit nggak masuk akal karena Sakuraba Keiko rela menukar persetujuan perjodohan Junko dengan imbalan daging Surprised

Tapi bisa jadi ini karena Keiko mengkhawatirkan Junko yang terlalu fokus pada New York.

Sementara itu, sang ayah, Sakuraba Mitsuru, memiliki karakter yang nggak jauh berbeda dengan sang ibu. Dia penyayang, polos, sekaligus gullible. Buktinya, saat Takane dan Junko putus—dan dia jelas-jelas bisa melihat perlakuan dingin Takane melukai Junko—Mitsuru tetap bisa memperlakukan Takane dengan baik bak orangtua terhadap anaknya.

The Sakurabas

Seingat saya, Sakuraba Nene, adik Junko, dalam manga digambarkan sebagai siswi SMA yang berada di balik bayang-bayang sang kakak. Dia digambarkan sebagai perpaduan antara kagum sekaligus iri pada sang kakak, menciptakan sosok yang memiliki pikiran negatif dan agak nggak percaya diri. Namun, dalam versi drama serinya, Nene secara umum nggak jauh berbeda dengan kedua orangtuanya. Sifat Nene dalam manga sempat muncul ketika dia tergoda oleh tawaran Hachiya Renji, yang dijuluki Shibuya Prince, untuk menghadiri sebuah pesta.

Yang membuat saya bingung, kalau di manga Shibuya jelas-jelas digambarkan sebagai playboy yang mempermainkan perempuan—dengan Nene sebagai korban berikutnya, di drama dia justru digantikan dua orang laki-laki asing yang menyeret ke sebuah karaoke. Nene kemudian menelepon Junko, yang secara otomatis menyeret Takane karena dia merasa ada yang nggak beres.

Nene

Other than to provide the possibility between Junko and Takane, walau terkesan memaksa, saya nggak terlalu bisa melihat Nene sebagai tokoh yang mandiri dan memiliki tujuannya sendiri dalam cerita. Imbasnya, saya nggak bisa menilai apakah akting Tsunematsu Yuri bisa dibilang bagus, mediocre, atau jelek.

Untuk Sakuraba Junko…. Although, we’re dealing with me and my Ishihara-Satomi-bias, tapi saya dengan sepenuh hati bisa mengatakan kalau akting Ishihara sesuai dengan pengharapan saya. Dia bisa dengan pas menyampaikan guyonan komik ala Jepang, punya mimik wajah yang bervariasi ketika berakting. Sehingga karakter Junko yang menurut saya terkesan dua dimensi dalam manga, menjadi lebih hidup dan memiliki tujuan.

Junko bukan hanya dengan teguh memegang cita-citanya pergi ke New York, tapi juga ketika dia memilih laki-laki yang dicintainya. Walaupun di pertengahan drama Junko sempat balik-kucing mengejar Makoto yang dulu dicintainya, tapi saya merasa itu bukan cinta sesungguhnya. Hanya sisa-sisa perasaan Junko pada Makoto yang belum terselesaikan, juga keinginan Junko untuk memiliki tempat di mana dia bisa bersandar dan dicintai.

Sebab, di keluarganya, Junko adalah salah satu tulang punggung keluarga.
Perubahan untuk tokoh Junko dalam 5-ji Kara 9-ji Made benar-benar membuat saya lega.

Baca juga: Cita-Cita Dirgantara

 

Keluarga Hoshikawa:

Berbeda dengan keluarga Junko yang masih memiliki orangtua lengkap, keluarga Takane hanya terdiri dari dirinya, Amane sang adik, dan Hibari sang nenek.

Sekali lagi, di sini ada perubahan yang dilakukan oleh penulis skenario 5-ji Kara 9-ji Made: Koyama Shota. Sejatinya, dalam manga, Takane memiliki orangtua, tepatnya sang ibu yang mendukung rencana Takane untuk menikah dengan Junko. Namun, sosok ibu Takane digantikan oleh Hibari yang terobsesi menjaga tradisi kuil dengan mendidik Takane penuh disiplin dan menjodohkannya dengan keluarga aristrokat, yang juga memegang teguh tradisi budaya Jepang.

Penggantian tokoh ini menurut saya cukup cerdas karena dengan demikian, drama 5-ji Kara 9-ji Made menyediakan latar belakang untuk karakter Takane yang begitu fokus pada satu hal kalau menginginkan sesuatu, kaku, dan konservatif. Begitu juga dengan penambahan tokoh Amane sang adik, yang pada gilirannya membentuk sosok Takane seperti robot dan menimbulkan konflik dalam diri laki-laki itu.

Takane baru belajar mengenai perasaan, emosi, dan hati ketika dia bertemu dengan Junko. Ekspresi Junko yang apa adanya ketika mereka bertemu di acara perjodohan menawan hati Takane, sekaligus mengganggu pikirannya—sebab selama ini dia sudah terbiasa hidup dalam keteraturan dan jadwal kuil. Menariknya adalah perpaduan kemurnian dalam diri Takane (mind you Artebianz, dia nggak bisa berbohong dan malah membenci kebohongan, selalu jujur, dan tulus) dan sifatnya yang kompetitif. Sejak saat itu, fokus Takane pun berubah; dia nggak lagi hanya menginginkan menjadi kepala biksu, tetapi menjadi kepala biksu dengan Junko sebagai pendampingnya.

Sejujurnya, saya sebelumnya nggak terlalu yakin dengan akting Yamapi. Ini semua karena “perkenalan pertama” saya dengan Yamapi yang nggak bisa dibilang menyenangkan. Tapi, siapa yang menyangka kalau di 5-ji Kara 9-ji Made, saya malah dibuat jatuh hati oleh akting Yamapi? Ini adalah kejutan lain yang menyenangkan dari seri ini.

Sebelumnya saya sempat menyinggung tentang Hibari, sang nenek sekaligus pemimpin di lingkungan keluarga Hoshikawa. Meski saya menyukai perubahan sosok orang tua dalam lingkungan keluarga Hoshikawa, saya nggak bisa mengatakan kalau saya puas dengan perkembangan karakter dan eksekusinya Hibari.

Hibari sejak awal diceritakan tidak menyukai Junko, pilihan cucunya Takane. Sikap Hibari ini menurut saya masih normal-normal saja, mengingat dia wanita besar dengan budaya dan tradisi turun-temurun dari leluhurnya. Namun, keanehan muncul di akhir yang sedikit mengganggu perkembangan subcerita Hibari, karena berkesan tiba-tiba muncul—alih-alih disusun dengan rapi seperti perkembangan subcerita para tokoh lainnya. Walhasil, Hibari yang dari awal digambarkan cerdas, manipulatif, dan angkuh menjadi sosok yang nggak terlalu cerdas dan terkesan “kerdil”. Padahal Hibari sudah dimunculkan di episode kedua….

Kuil Keluarga HoshikawaKuil keluarga Takane.

Sementara itu, Amane yang muncul di paruh kedua 5-ji Kara 9-ji Made malah tampil dengan apik bersama subcerita yang lebih matang. Bisa jadi ini karena latar belakang Amane yang dititipkan di kuil lain, sehingga dia bisa muncul pada titik klimaks cerita 5-ji Kara 9-ji Made tanpa berkesan tiba-tiba. Mengenai akting Shison Jun, karena saya baru kali ini menyaksikan Jun berakting… saya hanya bisa mengatakan aktingnya lumayan mengalir dan nggak terlalu mengganggu. Kecuali untuk sosok Amane sendiri yang bikin gemesh!

Baca juga: Balada Sebuah Perut 

 

Keluarga ELA

Selain keluarga Sakuraba dan keluarga Hoshikawa, satu lagi keluarga yang signifikan dalam cerita ini: para staf di ELA yang menjadi pendukung. Kalau saya sebutkan satu per satu, sangat panjang, karena kurang lebih ada enam tokoh memiliki peran penting dalam 5-ji Kara 9-ji Made. Saya akan mengulas para tokoh yang menurut saya memiliki peranan penting dan mengalami perubahan saat diadaptasi.

1. Kiyomiya Makoto (Tanaka Kei)

Hadir sebagai cinta pertama Junko, Makoto justru menjadi semacam cupid dalam hubungan Junko-Takane. Makoto memang sempat nyaris menjalin hubungan dengan Junko, tapi karena satu-dua hal—dan karena Makoto kemudian menyadari Junko memiliki perasaan terhadap Takane—laki-laki ini pun memutuskan untuk mengalah.

Jujur, sifat Makoto yang lebih dewasa dibanding pesaing-pesaing Takane yang lainnya sempat membuat saya berpikir lebih baik Junko dengan Makoto. Tapi, Koyama Shota memilih untuk memfokuskan drama ini pada hal lain, pada hubungan keluarga Takane dan kebudayaan Jepang. Sebuah pilihan yang bijak, menurut saya, karena sudah banyak drama yang memilih romance-comedy yang hanya berputar pada metode push-and-pull dalam cerita.

Makoto to JunkoPilih yang bordering antara narsis dan keras kepala seperti Takane, atau yang dewasa dan lembut seperti Makoto, Artebianz?

Jadi, walau sempat kecewa dengan perkembangan cerita Makoto karena dia satu-satunya yang bisa bikin Takane all-out saat menunjukkan sifat kompetitifnya, tapi saya lega Laughing

2. Mishima Satoshi (Furukawa Yuki)

Mishima adalah teman sekolah Junko dan sudah lama memendam perasaan pada perempuan itu, sekaligus muridnya. Namun, karena sudah saking dekatnya—dan tahu semua mantan Mishima—Junko lebih memilih untuk menjadi sahabat laki-laki ini. Walau sempat disinggung oleh beberapa koleganya, kalau dengan menikah dengan Mishima, Junko akan bisa memenuhi cita-citanya pergi ke New York.

Namun, darah wanita-karier Junko nggak mengizinkannya. Ia memilih untuk menabung dan memenuhi persyaratan promosi agar bisa mengikuti pelatihan ELA ke New York.

 

Walhasil, Mishima yang sebenarnya sudah canggih berbahasa Inggris ini pun mengganti strateginya, terutama ketika dia menyadari kehadiran Takane. Dia menjadi lebih agresif. 

Pada beberapa kesempatan, perubahan Mishima ini menghadirkan komedi dalam 5-ji Kara 9-ji Made. Namun, di kesempatan lain, saya justru merinding karena perilaku Mishima yang mencium paksa Junko. Dan, Junko hanya terpaku menatap udara kosong.

Kalau saya, sahabat atau bukan, pasti saya sudah menampar Mishima. Namun, menimbang karakter dasar orang Jepang yang nggak terlalu suka memancing keributan dan perhatian pada dirinya sendiri (dengan hal-hal negatif), saya cuma bisa mengelus dada melihat interaksi Junko dan Mishima yang kembali seperti semula.

3. Mouri Masako (Saeko)

Perubahan lain yang dilakukan oleh Koyama Shota terjadi pada karakter Masako, yang sebelumnya cukup manipulatif dan berusaha merebut Mishima dari Junko. Mempertahankan sifat cerianya, Masako menjadi seorang kolega Junko yang merasa kesepian di antara impiannya untuk mendapatkan laki-laki mapan.

 

Hal lain yang tidak berubah adalah hubungan Masako dengan Renji, yang lebih muda darinya dan menjadi salah satu subcerita romance yang cukup menghibur. Untuk akting, saya rasa Saeko nggak terlalu mengalami banyak perkembangan sejak saya menonton aktingnya di film Nana yang diangkat dari manga berjudul sama. Saya nggak membenci akting Saeko, tapi perkembangan akting Saeko belum bisa membuat saya menyukainya dengan sepenuh hati.

Artebianz mungkin penasaran tentang sosok Satonaka Yuki yang memiliki penampilan imut dan selalu tampil dalam seragam siswi SMA, tapi malah jatuh hati pada Junko. Yuki adalah salah satu misteri dalam 5-ji Kara 9-ji Made. Jadi, supaya nggak mengganggu proses nonton kamu, saya nggak akan mengungkap banyak tentang sosok Yuki-chan ini, Artebianz Smile

Baca juga: Cinderella Teeth - Kisah Cinderella dan Para Peri Gigi Modern

 

 

5-ji Kara 9-ji Made: Kerutan Dan Kernyitan Saya, Secara Keseluruhan

Secara karakter dan cerita, saya merasa puas dengan adaptasi 5-ji Kara 9-ji Made. Alih-alih sekadar memperlihatkan perkembangan cerita cinta Junko dan Takane serta bagaimana mereka saling jatuh cinta, drama besutan Hirano Shin dan Tanimura Masaki ini juga menunjukkan bagaimana sifat Juno dan Takane yang berbeda 180 derajat menjadi halangan pertama mereka.

Takane to JunkoTakane yang menemani Junko seharian setelah gagal wawancara.

Takane yang terbiasa mendapatkan apa pun yang dia inginkan, dengan segala cara mempertahankan Junko di sisinya. Mulai dari caranya yang ajaib dengan memenjara Junko di salah satu kamar di kuilnya, sampai menyabotase hasil wawancara Junko. Sementara itu, Junko yang kesepian memanfaatkan Takane dan kepolosannya untuk mengisi sepi dalam kehidupannya. 

Dan, ketika mereka sudah menyadari perasaan masing-masing, barulah intervensi dari pihak luar terasa benar—mulai dari pesaing-pesaing cinta keduanya dan khususnya dari Hibari, nenek Takane yang ngotot menginginkan cucu-menantu yang sederajat dan sepaham untuk Takane.

Namun, karena ini adalah drama romance-comedy, tentu saja ada beberapa bagian yang berlebihan—misalnya sikap orangtua Junko, which was comically displayed for the viewer. Mereka dengan manisnya meminta Takane memanggil mereka dengan sebutan "otousan" (ayah) dan "okaasan" (ibu), ketika Takane memulangkan Junko dan ber-kongkalikong untuk mengadakan acara “lamaran” dengan Takane.

But it was for the sake of the comedy side dan sama sekali nggak lompat dari konteks cerita. 

Sankyu
Terada Kokoro yang memerankan Naha Sankyu juga menjadi salah satu alasan kenapa saya menyukai drama ini.

Saya juga menyukai ending cerita ini, yang memadukan realita dan harapan penonton untuk semua karakter. Walau ada yang nggak masuk akal *melirik pasangan Renji dan Masako*.

All in all, I recommended this series for you, Artebianz. Despite the fact that it was aired on October 2015, tapi kesegaran cerita dan akting tiap aktor dalam drama Jepang ini benar-benar patut kamu tonton. Khususnya untuk Artebianz yang menggemari cerita romance-comedy, serta sudah capek nonton seri India yang berputar-putar dan panjang seperti ular naga Tongue Out

Baca juga: Cinderella dan Wanita Masa Kini: Sebuah Dekonstruksi Dongeng

 

 

5-ji Kara 9-ji Made: Rating Saya

Rating Film

 

 

 

Your fellow movie cruncher,

N

 


Tag :


Niratisaya

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.

Profil Selengkapnya >>

Review Film Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Om Telolet Om, Memanfaatkan Isu Viral Untuk Kemaslahatan Umum


Widyoseno Estitoyo: Pebisnis Muda, Aktivis Sosial, Dan Pekerja Seni


Wisata Buang Cinta (Sehimpun Cerita)


Warm Bodies - Menggali Kehidupan dari Kematian


Kun Anta - Humood Al Khuder: Jadilah Diri Sendiri


Kue Cubit Surabaya - Cubit Gigit Legit


Taman Apsari, Keteduhan di Tengah Hiruk Pikuk Kota


Air Terjun Tumpak Sewu Lewat Goa Tetes Lumajang (part 2)


Jazz Gunung 2015 - Indahnya Jazz Merdunya Gunung


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Kedua)


Pria Asing Di Pos Kamling


Sajak Malam Dingin