Drama Korea selalu berhasil membuat saya jatuh cinta. Ke kualitas produksi mereka, kebudayaan mereka, dan makanan mereka—yang merah menggoda.
Beberapa bulan lalu, saya memenuhi undangan seorang teman, Mas Bambi, yang sedang main ke Surabaya untuk bertemu dan mengobrol sambil menikmati kuliner Korea. Undangan itu kemudian berbonus berbagai menu khas Korea Selatan, khususnya staple food Korea Selatan: Korean fried chicken di Go Bounce Cafe.
Nongkrong sekarang ini menjadi salah satu kebutuhan vital bagi muda-mudi Indonesia. Apalagi kalau Artebian seorang pelajar. Nongkrong bukan sekadar tentang berkumpul dengan teman, tapi pada perkembangannya kegiatan duduk-duduk asyik bareng teman atau sendirian—my condolence for you, fellow jomloers—tapi juga menjadi penghiburan. Satu per satu entrepreneur muda Indonesia pun mulai melirik bisnis fnb.
Patbingsoo. Es krim ala Korea Selatan yang lembut, manis, tapi nggak bikin eneg. Tapi, Patbingsoo ternyata nggak cuma menyediakan es krim. Ada menu-menu lain yang bisa bikin Artebianz emoh meninggalkan kedai ini.
Milk Kingdom.
Mendengar itu, hal pertama yang terngiang di benak Artebianz mungkin adalah sebuah tempat yang didominasi berbagai menu yang serba susu. Minuman dengan vitamin D aneka rasa, es krim, dan puding. Tapi di sini, Artebianz akan menemukan lebih dari sekadar menu berbahan dasar susu.
Setiap kali melewati Sungai Wonokromo baik di sisi Jalan Ketintang-Karah maupun Jalan Gunung Sari, saya selalu memimpikan ada satu tempat tongkrongan yang bisa memanfaatkan keberadaan sungai tersebut. Satu hari saya yang baru pulang dari salah satu universitas negeri di Surabaya kebetulan melewati sebuah café yang baru saja beroperasi. Latarombo Riverside Café seolah menjadi bukti bahwa alam raya mendengar permintaan saya.
Gujo Cafe alias Gulo Jowo Cafe adalah nama sebuah kafe resto di bilangan Joyoboyo-Surabaya yang membuat saya penasaran karena konsep bangunannya yang unik dan tradisional. Seunik apa?
Ratusan cafe sudah berdiri di Malang dalam beberapa tahun terakhir. Artebia mencoba menjelajahi beberapa cafe di antaranya dalam waktu sehari saja. Mari kita simak ulasan tentang marathon empat cafe recommended di Malang.
Mencari sebuah tempat nongkrong adalah sebuah hal yang menyenangkan dan mudah, asalkan kita menemukan tempat dengan ambiance yang oke dan mendapatkan pelayanan yang baik. Or at least decent. Tapi, mencari tempat makan yang enak berbeda.
Kedai Tua Baru, namanya unik sehingga membuat saya terusik untuk segera mengunjunginya. Berawal dari lapar mata, akhirnya saya tidak tahan untuk tak meninjau langsung tempat makan tersebut. Namun, saya sedikit menyesal ketika datang ke sini sendirian. Mengapa?
Sejak zaman dulu, rasanya kebutuhan manusia untuk nongkrong—kalau kata kami warga Surabaya nyangkruk—adalah salah satu hal yang nggak terhindarkan. Kalau dulu nongkrong menjadi ajang bersosialisasi, sekarang acara duduk ngobrol ngalor-ngidul ini berevolusi menjadi ajang menyosialisasikan diri dan membangun citra diri.
Sudah lama saya tahu tentang keberadaan Libreria Eatery. Tapi karena saya adalah saya, butuh waktu lebih lama lagi sebelum saya akhirnya memantapkan diri, mencengklang tas, menyeret kaki, dan mengistirahatkan diri dari pekerjaan ke salah satu tempat nongkrong asyik di daerah Surabaya bagian timur ini.
Sudah lama terkenal dengan ice cake-nya, saya baru mencicipi kelezatan es krim artisan ala La Ricchi kemarin (25/07). And it's official! La Ricchi menjadi salah satu tempat yang saya rekomendasikan buat kamu, Artebianz. Kenapa? Go and read this article.