Om Telolet Om, Memanfaatkan Isu Viral Untuk Kemaslahatan Umum

21 Dec 2016    View : 3564    By : Nadia Sabila


"Om, Telolet, Om!"

Sebenarnya saya malas mengetik kata-kata tersebut. Betapa tidak, pekerjaan saya sebagai administrator media sosial di kantor membuat saya harus menemui dan membaca kata itu sampai teramat bosan. "Om Telolet Om", entah kenapa, sangat viral minggu ini.

Awalnya, saya mengetahuinya dari akun Instagram komedi populer di Indonesia. Tak berhenti sampai di situ, "Om Telolet Om" menyebar sampai ke kolom komentar akun Instagram balita favorit saya, Kirana Retnohening. Semua orang menyebutkan 'mantra' itu.

Telolet maksudnya apa? Perasaan saya, Kirana tidak pernah menyebutkan kata itu sebelumnya.

Rasa penasaran yang tak terbendung akan maksud dari telolet membuat saya terpaksa mencari tahu. Padahal dalam hati, saya tahu, pasti bukanlah sesuatu yang penting.

Baca juga: Pantai Kutang yang Tak Berkutang

 

Benar saja, telolet adalah modifikasi suara klakson bus antar provinsi di jalur Pantura. Jika suara klakson umumnya berbunyi "tin-tin", di wilayah itu klakson busnya berbunyi telolet. Terdengar lucu, beberapa orang (anak muda) meminta dengan sengaja para supir bus yang mereka panggil "Om" untuk mengeluarkan bunyi klakson telolet itu.

telolet-challenge
Caranya adalah dengan menuliskan "Om Tolelot Om" di sebuah kertas yang dengan ukuran tulisan yang sekiranya bisa dibaca oleh para supir bus. Bus yang sudah berklakson telolet mereka soraki dengan girang, sedangkan yang belum, mereka soraki "Huuu" tanda kecewa.

Yup! Sesederhana itu sejarah "Om telolet Om". Yang menjadikannya viral adalah yang mengembangkannya dengan membuat video-video permintaan telolet dengan berbagai cara unik. Ada yang meminta telolet dari kereta api, meminta telolet dari pesawat, sampai dengan video cara meminta telolet di Jepang. Luar biasa kreativitas orang Indonesia untuk masalah-masalah seperti ini.

DJ-DJ kelas dunia pun sampai tertular virus telolet, Zedd dan DJ Snake sampai mengicaukan Om Telolet Om di akun Twitter-nya, karena mungkin kata itu sedang menjadi trending topic. Sampai saat saya menulis artikel untuk rubrik Meragajiwa ini, trending topic-nya sudah bergeser menjadi Om Telat Om (oh, gosh!).

om-telolet-om

 

 

Media Sosial-Anak Muda Indonesia-Viral

Baik, kita stop bicara telolet. Sudah cukup paham, kan, maksud dari telolet? Jika sebelumnya saya membahas media sosial sebagai ajang eksistensi, isu telolet menggelitik saya untuk mengulik betapa masifnya penyebaran suatu tren alias ke-viral-an melalui media sosial di Indonesia ini.

Kata "viral" memang belum ada di KBBI. Tetapi, arti kata viral kurang lebih diambil dari kata virus. Suatu sifat seperti virus yang cepat sekali menyebar. Begitu pun dengan viral om telolet om yang terjadi saat ini.

Berawal dari sekelompok anak muda yang menggunakan media sosial, suatu peristiwa dipublikasikan. Semakin banyak, semakin menarik perhatian, semakin viral-lah peristiwa itu.

Seperti yang pernah dibahas pula oleh Kak Adi Santoso dalam artikel tentang variety show-nya, teori McComb dan Donald L. Shaw dalam Public Opinion Quarterly terbitan tahun 1972 berjudul The Agenda Setting Function of Mass Media menyebutkan,"Jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.”

Jika diaplikasikan dalam sejumlah fenomena viral di Indonesia, maka anak muda sebagai pengguna media sosial merupakan massa yang menyebabkan nilai suatu isu bisa trending dan dianggap penting. Dalam bentuk diagram, maka kurang lebih akan jadi sebagai berikut:diagram-viral-sosial-media

Baca juga: Ledok Ombo Campground Asyik di Malang

 

 

Visual Lebih Menarik - Cepat Datang, Cepat Pergi

Tak hanya fenomena Telolet, banyak lagi fenomena-fenomena lain yang sempat booming di Indonesia seperti fenomena Tahu Bulat Digoreng Dadakan, Lelaki Kardus, Duta Shampo Lain, viral internasional seperti PPAP (Pen, Pineapple, Apple, Pen), dan berbagai fenomena viral lainnya.

Masalahnya sekarang, sangat sulit menentukan mana yang bakal dianggap penting dan mana yang tidak penting. Bagaimana menakar penting atau tidaknya? Belum ada parameter yang pasti. Namun untuk saat ini, berapa lama bertahannya ke-viral-an tersebut dan seberapa cepat penyebarannya menjadi patokan saya dalam mengamati suatu isu yang viral.

Ke-viral-an om telolet om ini, saya rasa sudah bisa disejajarkan dengan ke-viral-an PPAP dari Piko Taro beberapa waktu lalu karena sudah merambah ke ranah global. Seberapa cepat penyebarannya? Tak sampai satu minggu. Media apa yang digunakan untuk menyebarkan? YouTube dan Instagram. Berapa lama topik ini dibicarakan sebelum akhirnya terhapus? Tidak sampai dua bulan.

Dari pengamatan pribadi saya tersebut, tampak bahwa Youtube dan Instagram adalah dua media sosial yang paling sering menjadi "sumber virus". Mengapa? Mungkin karena dua media sosial tersebut sangat visual. Gaya visual seringkali memang lebih menarik untuk diamati.

Seperti yang dikemukakan oleh Agus Sachari dalam bukunya berjudul Budaya Visual Indonesia:

teori-gaya-visual

 

 

Memanfaatkan Isu Viral Untuk Hal Positif

Jadi, apakah setiap kejadian viral hanya akan menjadi fenomena yang selintas lalu? Mungkin dan biasanya demikian. Tetapi, kita bisa memanfaatkannya untuk kegiatan positif yang berdampak untuk jangka panjang.

fenomena-toilet
Orang marketing tentu adalah orang yang paling sensitif menangkap semua kejadian viral seperti ini. Fenomena tahu bulat misalnya, sangat mendongkrak penjualan tahu bulat. Belum lagi adanya aplikasi game tahu bulat di Android yang kebanjiran pengunduh begitu fenomena tahu bulat viral.

Fenomena Valak—yang mungkin hanya terkenal di Indonesia—mendongkrak rasa penasaran penonton untuk menonton film The Conjouring 3.

Istilah viral marketing diciptakan oleh Jeffrey  F.  Rayport  dalam  artikel  yang  berjudul "The Virus of Marketing". Dalam artikel tersebut ditulis bagaimana jika virus digunakan sebagai sebuah program pemasaran,  karena  pesan  pemasaran  akan tersebar  dengan  hanya  menggunakan  waktu  yang sangat  singkat, anggaran  yang tidak  perlu  terlalu banyak, dan  dampak  yang  ditimbulkan  sangat  luas.

Fenomena PPPAP bermanfaat untuk self-branding Piko Taro sebagai entertainer. Piko Taro akhirnya dipanggil ke banyak media massa di seluruh penjuru dunia. Ia pun terkenal walaupun tak semua orang memahami apa lucunya video PPAP yang dibuatnya dan mengapa orang-orang menganggap itu layak untuk disebarkan.

 

Memanfaatkan Isu Telolet Untuk Menggenjot Minat Masyarakat Menggunakan Kendaraan Umum

Lalu bagaimana dengan fenomena Telolet? Mungkin fenomena ini akan mendongrak penjualan klakson dengan suara serupa. Bengkel-bengkel akan kebanjiran order untuk modifikasi suara klakson telolet. Dan yang paling saya harapkan, minat masyarakat—utamanya pelajar—untuk menggunakan bus umum atau transportasi umum lainnya meningkat diawali dengan dengan klakson telolet ini.

om-telolet-om

Mimpi yang ketinggian? Saya rasa tidak selama anak muda dan media sosial, serta Dinas Perhubungan tentunya, jeli melihat celah ini. Jika memang telolet dianggap sebegitu menariknya sehingga bisa mengubah motor-minded untuk anak-anak di bawah umur, saya akan dengan lapang dada memaafkan postingan-postingan telolet di lini masa media sosial saya yang membuat saya risih saat ini.

Semoga....




Nadia Sabila

Nadia Sabila adalah seorang jurnalis yang menggandrungi travelling dan makanan pedas.

Profil Selengkapnya >>

Meragajiwa Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Generasi Global dalam Industri Pertelevisian: Menelisik Makna di Balik


Lalu Abdul Fatah - Profesi, Delusi, dan Identitas Diri


Happy Little Soul - Belajar Memahami Anak Dengan Penuh Cinta


True Friend Never Die (Meung Gu): Arti Sahabat yang Sebenarnya


Nash - Ya Rabbana Anta Maulana


Dak-Galbi Korean Resto And Caffe


Marathon Kafe Recommended Di Malang


Wisata Madiun Bersama Keluarga


Adiwarna 2016: Refraksi - Changing Your Perspective


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Kedua)


Oma Lena - Part 2


Rajukan Sendu