Merah Balada
22 Feb 2015 View : 9787 By : Niratisaya
Kuntum Kecil Mawar menyembul pagi itu
tertelungkup hijau kelopak tangkai
kecil, tak berdosa
pun tak menarik hati kumbang atau lebah madu
(gambar ilustrasi diambil dari ichsantirtonotolife.wordpress.com)
Kuntum Kecil Mawar masih tertelungkup malu
di jajaran kembang-kembang yang rekah
di dengung lebah dia terlupakan
di kepak kumbang dia dikucilkan
"Hijaumu tak menarik." Seolah dengung dan kepak itu berkata
Kuntum Kecil Mawar bersedih
mendongak pada mentari dia menjerit
merunduk dari rembulan, dia berdoa
mendongak di jerit terus dilakoninya
merunduk dalam khusyuk dijalaninya
dongak-dongak serta runduk-runduk itu pun singkirkan hijau selaput kelopaknya
tampilkan rona merah darah dalam pulasan embun
kian rekah dalam restu cercah mentari
mawar itu putih,
mawar itu kuning,
mawar itu merah
tapi tak ada mawar semerah darah seperti dirinya
Kuntum Kecil Mawar tersingkir sudah
di padang bunga Mawar Merah Darah menggantikannya
mabuk akan wanginya,
buta akan warnanya,
kumbang dan lebah madu berduyun-duyun tertulikan panggilan kembang-kembang lainnya
satu per satu,
berurutan mereka terbang pada Mawar Merah Darah
satu per satu,
berturutan mereka tertancap pesonanya
“mawar itu merah darah,” bisik si mungil melati
dan kalian sudah mengerti apa sebabnya
(gambar ilustrasi diambil dari becuo.com)
Niratisaya (KP Januwarsi)
Surabaya, 0809-0215
Puisi Artebia lainnya:
Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.
Profil Selengkapnya >>