Aku Berjalan (Dan Dua Puisi Lainnya)

30 Aug 2016    View : 5536    By : Toni Al-Munawwar


Aku Berjalan

 

Aku berjalan dalam temaram

Menyusuri bukit-bukit kerinduan

Sesekali menoleh; tertawa kecil

Aku kembali berjalan

Mencari jalang

Agar bisa kurengkuh semburat senyummu

Melukis di balik awan

 

Depok, 14 Agustus 2016

 

Aku Berjalan Pelangi

 

Bias Pelangi di Matamu

 

Matamu berpendar-pendar

Seperti ada sesuatu di dalamnya

Bias-bias pelangi tampak indah

Berenang-renang di bola matamu

Langit mendung mendadak sirna

Berganti awan yang ceria

 

Depok, 18 Agustus 2016

 

Pelangi Kenangan

 

Berharap Kenangan Itu Masih Ada

 

Langit mendadak mendung

Pertanda akan turun hujan

Tapi, mengapa hatiku mendadak gerimis

Padahal, hujan belum juga turun

Dada ini terasa sesak dan pengap

Saat melihat gumpalan awan yang pekat

Seperti ada sesuatu yang ingin menyembul keluar

Tapi apa?

Entahlah

Aku mendongak; langit sedang memukuli kenangan demi kenangan

Hingga ia terjatuh berguguran di tanah

Aku hanya bisa menundukkan kepala

Seraya membawa kepingan ini pergi

Berharap kenangan itu masih ada di tempatnya

 

Depok, 18 Agustus 2016


Tag :


Toni Al-Munawwar

Toni Al-Munawwar merupakan nama pena dari Sultoni Solikhon, lulusan terbaik MA. Nasy'atul Khair.

Profil Selengkapnya >>

Puisi Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Ketika Media Sosial Menghilangkan Esensi Makhluk Sosial


Mari Lari - Sebuah Cerita tentang Tekad Hati Lewat Langkah Kaki


Mengenang Sejarah Dukuh Kemuning Dan Menguak Peninggalan Kepurbakalaannya


Crazy Little Thing Called Love: Dari Itik Si Buruk Rupa Menjelma Menjadi Snow White yang Sesungguhnya


Nicoline Patricia Malina: Fotografer Cantik Muda Berbakat


Kenikmatan Sederhana dalam Semangkuk Mi Ayam Seorang Pedagang Kaki Lima, Surabaya


Perpustakaan Balai Pemuda Surabaya


Pria Asing Di Pos Kamling


Kataji - Awal Mula Saya Terpikat pada Yura


Literasi Oktober: Goodreads Surabaya, Mahfud Ikhwan, dan Kambing


Dia Ramai Berhening


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Ketiga)